Oleh: Ali Topan
DS
Perseteruan PD
dan PPI kembali mencuat. Berawal dari isu “penculikan” Subur Budhisantoso oleh BIN saat akan menjadi pembicara acara
PPI. Kabar tersebut langsung mendapat respon para petiggi PD termasuk sang
Ketua Umum yang juga presiden RI, SBY. SBY meminta klarifikasi pada BIN soal
kabar tersebut. Demikian juga pada Subur Budhisantoso. SBY bahkan memberi
arahan khusus untuk segera menyelidiki kader PD yang terlibat di PPI apakah ada
pelanggaran kode etik partai yang dilanggar.
Sejak awal pendirian ormas PPI oleh Anas Urbaningrum beberapa pengurus
aktif PD banyak bergabung didalamnya (seperti Saan Mustafa dan Pasek Gede S). Hal
tersebut menuai banyak kritik dari elit PD lainnya. Mereka keberatan atas
bergabungnya dua orang tersebut di ormas bentukan Anas. Tidak lama setelah itu,
keduanya dicopat dari posisi yang mereka duduki di DPR (Saan sebagai Wakil
Sekertaris F-PD dan Pasek sebagai Ketua Komisi III).
Pasek mengakui adanya pihak elit PD yang tidak senang saat ia bergabung di
PPI. Mereka meragukan loyalitas Pasek, apakah untuk partai atau Anas. Pasek
juga mengakui jika ia mendapat tekanan dari elit PD agar memilih salah satu
antara PD dan Demokrat.
Kekesalan elit PD terhadap PPI terus bermunculan. Beberapa hari lalu, ketua
fraksi PD, Nurhayati mengatakan bahwa selama ini, PPI selalu melancarkan manuver
politik pada PD dan SBY. Jika demikian adanya, sebaiknya ormas tersebut dibubarkan
saja. Pernyataan Nurhayati mendapat kritikan dari juri bicara PPI, Ma’mun
Murad. Menurutnya pembubaran PPI menyalahi UU ormas. Pasalnya UU tersebut mengatur
mekanisme pendirian ormas. Murad bahkan beranggapan bahwa usulan pembubaran PPI
adalah pesanan dari beberapa oknum petinggi PD yang tidak suka dengan Anas.
Sementara itu, menurut
Ramadhan Pohan PPI tidak perlu dibubarkan, karena UUD menjamin kebebasan mendirikan
dan berorganisasi. Demikian juga Andi Nurpati yang mengatakan bahwa PD tidak
pernah ada agenda membubarkan PPI, hanya oknum tertentu PD saja yang menyatakan
itu. Pernyatakan kontradiksi dilontarkan baik oleh Nurhayati, Pohan dan Andi
Nurpati. Seperti ada kesan berbeda pandangan dari elit PD dalam merespon
keberadaan PPI.
Pengamat politik
Tjipta Lesmana mengatakan bahwa masalah Partai Demokrat dan Ormas Perhimpunan Pergerakan
Indonesia (PPI) semakin meruncing karena SBY takut disaingi oleh Anas
Urbaningrum. Dipanggung politik, SBY merasa ia lebih senior ketimbang Anas,
karenanya ia punya kekhawatiran jika Anas mampu menyainginya. Kekhawatirannya lainnya
terlihat saat salah satu pendiri PD Subur Budhisantoso
diminta menjadi pembicara pada acara PPI. Meskipun hal ini tidak terjadi, SBY
melihat masih kuatnya pengaruh Anas terhadap kader dan petinggi PD.
Sesungguhnya, pada posisi seperti ini –SBY merespon berlebihan ormas Anas-,
secara tidak langsung menunjukkan jatuhnya wibawa SBY sebagai seorang Presiden
dan Ketua Umum partai. PD sendiri seperti kewalahan hingga SBY pun sampai turun
tangan soal tingkah ormas Anas ini.
Melalui pembacaan
di atas, dapat disimpulkan bahwa: SBY seperti merasa terganggu dengan ormas
PPI. Terlebih Anas juga sering menyampaikan “kicauannya” terkait kepemimpinan
SBY untuk RI dan PD. Ada pengaruh kuat Anas di internal PD. hal ini ditunjukkan
dari pernyataan Pohan dan Andi yang merespon dingin keberadaan PPI serta
manuvernya terhadap PD dan SBY. sebetulnya SBY tidak perlu terjebak dalam
manuver Anas secara berlebihan. Pasalnya menjelang akhir pemerintahannya, ia
harus tetap fokus pada progam yang belum tersentuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar