Rabu, 23 Oktober 2013

PPI=“Momok” Demokrat-SBY

Oleh: Ali Topan DS
Perseteruan PD dan PPI kembali mencuat. Berawal dari isu “penculikan” Subur Budhisantoso oleh BIN saat akan menjadi pembicara acara PPI. Kabar tersebut langsung mendapat respon para petiggi PD termasuk sang Ketua Umum yang juga presiden RI, SBY. SBY meminta klarifikasi pada BIN soal kabar tersebut. Demikian juga pada Subur Budhisantoso. SBY bahkan memberi arahan khusus untuk segera menyelidiki kader PD yang terlibat di PPI apakah ada pelanggaran kode etik partai yang dilanggar.
Sejak awal pendirian ormas PPI oleh Anas Urbaningrum beberapa pengurus aktif PD banyak bergabung didalamnya (seperti Saan Mustafa dan Pasek Gede S). Hal tersebut menuai banyak kritik dari elit PD lainnya. Mereka keberatan atas bergabungnya dua orang tersebut di ormas bentukan Anas. Tidak lama setelah itu, keduanya dicopat dari posisi yang mereka duduki di DPR (Saan sebagai Wakil Sekertaris F-PD dan Pasek sebagai Ketua Komisi III).
Pasek mengakui adanya pihak elit PD yang tidak senang saat ia bergabung di PPI. Mereka meragukan loyalitas Pasek, apakah untuk partai atau Anas. Pasek juga mengakui jika ia mendapat tekanan dari elit PD agar memilih salah satu antara PD dan Demokrat.
Kekesalan elit PD terhadap PPI terus bermunculan. Beberapa hari lalu, ketua fraksi PD, Nurhayati mengatakan bahwa selama ini, PPI selalu melancarkan manuver politik pada PD dan SBY. Jika demikian adanya, sebaiknya ormas tersebut dibubarkan saja. Pernyataan Nurhayati mendapat kritikan dari juri bicara PPI, Ma’mun Murad. Menurutnya pembubaran PPI menyalahi UU ormas. Pasalnya UU tersebut mengatur mekanisme pendirian ormas. Murad bahkan beranggapan bahwa usulan pembubaran PPI adalah pesanan dari beberapa oknum petinggi PD yang tidak suka dengan Anas.
Sementara itu, menurut Ramadhan Pohan PPI tidak perlu dibubarkan, karena UUD menjamin kebebasan mendirikan dan berorganisasi. Demikian juga Andi Nurpati yang mengatakan bahwa PD tidak pernah ada agenda membubarkan PPI, hanya oknum tertentu PD saja yang menyatakan itu. Pernyatakan kontradiksi dilontarkan baik oleh Nurhayati, Pohan dan Andi Nurpati. Seperti ada kesan berbeda pandangan dari elit PD dalam merespon keberadaan PPI.
Pengamat politik Tjipta Lesmana mengatakan bahwa masalah Partai Demokrat dan Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) semakin meruncing karena SBY takut disaingi oleh Anas Urbaningrum. Dipanggung politik, SBY merasa ia lebih senior ketimbang Anas, karenanya ia punya kekhawatiran jika Anas mampu menyainginya. Kekhawatirannya lainnya terlihat saat salah satu pendiri PD Subur Budhisantoso diminta menjadi pembicara pada acara PPI. Meskipun hal ini tidak terjadi, SBY melihat masih kuatnya pengaruh Anas terhadap kader dan petinggi PD.
Sesungguhnya, pada posisi seperti ini –SBY merespon berlebihan ormas Anas-, secara tidak langsung menunjukkan jatuhnya wibawa SBY sebagai seorang Presiden dan Ketua Umum partai. PD sendiri seperti kewalahan hingga SBY pun sampai turun tangan soal tingkah ormas Anas ini.

Melalui pembacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa: SBY seperti merasa terganggu dengan ormas PPI. Terlebih Anas juga sering menyampaikan “kicauannya” terkait kepemimpinan SBY untuk RI dan PD. Ada pengaruh kuat Anas di internal PD. hal ini ditunjukkan dari pernyataan Pohan dan Andi yang merespon dingin keberadaan PPI serta manuvernya terhadap PD dan SBY. sebetulnya SBY tidak perlu terjebak dalam manuver Anas secara berlebihan. Pasalnya menjelang akhir pemerintahannya, ia harus tetap fokus pada progam yang belum tersentuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar