Rabu, 02 Maret 2011

I’jaz al-Qur’an dari segi kebahasaan


I’jaz al-Qur’an dari segi kebahasaan
Pendahuluan
I’jaz secara bahasa berarti melemahkan, membuat tak berdaya atau tak kuasa. Kaitannya dengan konteks al-Qur’an, disebut “melemahkan” karena al-Qur’an diyakini membuat seseorang tak berdaya atau tak kuasa dalam menandingi ketinggiannya. Kajian I’jaz Qur’an meliputi banyak hal, antaranya I’jaz dari segi tasyri’, kebahasaan, jumlah huruf dan sebagainya.[1]
Al Qur’an mengandung berbagai aspek yang berhubungan dengan ilmu bahasa, dan mengandung berbagai syarat ungkapan yang fasih baik dalam surat, ayat dan kalimatnya. Hal ini di akui oleh para pakar bahasa, yaitu Al Walid Al Mughiroh bahwa apa yang di bawa Nabi Muhammad (Qur’an) adalah luar biasa, dia berkata: demi Allah tak sedikitpun dari semua yang saya ketahui dari segala aspek bahasa, yang menyerupai apa yang dikatakan Muhammad, demi Allah sesungguhnya apa perkataannya itu ada kemanisan, keindahan, bagian atasnya berbuah dan bagian bawahnya berair, dan apa yang dikatakan itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya, dia itu dapat menghancurkan apapun yang ada dibawahnya.[2]
Dalam hal ini penulis mengkhususkan pada kajian I’jaz al-Qur’an dari segi bahasa, yakni tak ada satu kitab pun yang mampu menandingi kehebatan bahasa Qur’an.
Sejarah Munculnya I’jaz al-Qur’an dari segi bahasa
Barangkali orang pertama yang membahas kemu’jizatan al-Qur’an adalah al-Jahiz (w 255 H/869 M), ia adalah seorang ahli bahasa Arab klasik, dalam bukunya Nazm al-Qur’an (susunan al-Qur’an). Kemudian Muhammad bin Zaid al-Wasithi (w 303/916 M). yang menulis I’jaz al-Qur’an. Sayangnya kedua kitab ini tidak dapat kita jumpai lagi. Penulis kitab-kitab I’jaz selanjutnya adalah Qadhi Abdul Jabbar (w 1025) yang menekankan keindahan dan kesempurnaan al-Qur’an. Dalam karyanya al-Mughni ia menegaskan bahwa kefasihan (fashaha) al-Qur’an ditemukan karena keunggulan dalam makna dan pengucapannya. Kemudian juga Abdul Qahir al-Jurjani, yang mengolaborasi secara sistematis teori nazm sehingga mampu mengungkap keindahan dan kemu’jizatan al-Qur’an.[3]
Dilihat dari kemunculan kitab-kitab yang membicarakan seputar I’jaz al-Qur’an, penulis berasumsi bahwa kajian I’jaz al-Qur’an dari segi kebahasaan muncul bersamaan dengan munculnya kitab-kitab I’jaz. Hal ini dapat dilihat dari para penulis kitab I’jaz yang ahli dalam bidang kebahasaan.
Klasifikasi I’jaz kebahasaan
Dalam kajian ilmu balagha, dapat dirumuskan menjadi tiga tema besar yakni bayan, mani’ dan badi’. Dalam kajian bayan ini kita akan mendapati pembahasan tentang shuaru al-bayaniah. Disitu kita menemukan tiga judul penting yaitu tasybih, majâz dan kinayah. Banyak contoh keindahan bahasa al-Qur’an yang ditunjukkan para penulis I’jaz al-Qur’an dengan mengacu pada rumusan ilmu balagha tersebut.
Contoh ayat-ayat yang menggunakan tasybih (perumpamaan) ataupun majâz antara lain
1.                  Q.,s/ al-Jumu’ah: 5
ã@sVtB tûïÏ%©!$# (#qè=ÏdJãm sp1uöq­G9$# §NèO öNs9 $ydqè=ÏJøts È@sVyJx. Í$yJÅsø9$# ã@ÏJøts #I$xÿór& 4 }§ø©Î/ ã@sWtB ÏQöqs)ø9$# tûïÏ%©!$# (#qç/¤x. ÏM»tƒ$t«Î/ «!$# 4 ª!$#ur Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÎÈ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”.
Ayat diatas melukiskan ketidakmampuan memanfaatkan sesuatu yang bermanfaat. Dan yang didapatkan hanya kelelahan.
2.                   Q.,s/ Yunus: 24
$yJ¯RÎ) ã@sWtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# >ä!$yJx. çm»uZø9tRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$#
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit”
Ayat di atas melukiskan bahwa kehidupan dunia bagaikan air yang cepat habis, cepat hilang rasa nikmatnya dan manusia sering tertipu.
3.                  Q.,s/ Hud: 42
}Édur ̍øgrB óOÎgÎ/ Îû 8löqtB ÉA$t6Éfø9$$x. 3
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung…”
Ayat di atas menjelaskan betapa besarnya sebuah gelombang, yang digambarkan seperti gunung.
4.                  Q.,s/ al-Nalm: 10
$£Jn=sù $yd#uäu tIöksE $pk¨Xr(x. Ab!%y` 4¯<ur #\Î/ôãB óOs9ur ó=Ée)yèム4
“Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit”
5.                  Q.,s/ Ghafir: 13
 Ú^Íit\ãƒur Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# $]%øÍ [4]
“Menurunkan untukmu rezki dari langit.”
Ayat di atas menggunakan majâz, yakni Allah menurunkan dari langit sebuah rezki.
Penutup
Pembahasan I’jaz al-Qur’an dari segi kebahasaan adalah kajian yang menyita perhatian bagi bagi ulama ulum al-Qur’an. Mereka terus mencari sisi kemu’jizatan yang terkandung dalam keindahan bahasa Qur’an. Sehingga kemu’jizatannya akan tetap terpelihara karena tidak ada kitab satu pun yang mampu menandinginya.


[1] Prof. Dr. Wahbah Zuhaili dkk, al-Maûsu’a al-Qur’âniyyah al-Muyassarah, pent Tim Kuwais (Gema Insani Press. Depok 2007). Hlm. 965
[3] Tim penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve) hlm. 50
[4] Muhammad Ghufran Zaid, al-Balagha fi Ilm Bayan, (Dâr al-Salâm Ponorogo)