Oleh: Ali
Topan Ds
Ibarat
sebuah jajanan, hasil survei elektabilitas capres-cawapres dari lembaga survei
adalah jajanan yang paling laris atau paling laku. Hasil rilis survei tersebut
menjadi bahan bacaan dan informasi penting bagi pengamat politik. Bagi kandidat
capres, informasi ini patut menjadi pertimbangan maju tidaknya dalam kontestasi
pilpres; bahan kajian tim sukses; serta pertimbangan memilih pasangan cawapres.
Laiknya
sebuah penelitian ilmiah, hasil survei perlu diuji keakuratan, keabsahan dan
kebenarannya. Hasil survei tidak bisa dijadikan patokan kebenaran karena
sampling yang diambil dari populasi cukup kecil atau sedikit. Akan tetapi hasil
dari sebuah survei setidaknya mendeskripsikan dan merupakan representasi
publik. Jika kaitannya dengan survei tingkat keterpilihan capres-cawapres, maka
hasil survei tersebut menunjukkan persepsi publik.
Sebuah
lembaga survei Cyrus Network (CN) merilis hasil survei elektabilitas
capres-cawapres pada 8 Oktober 2013. CN menempatkan sosok Joko Widodo (Jokowi),
Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie sebagai capres. Ketiga nama tersebut “diotak-atik”
dengan tiga nama yang diposisikan sebagai cawapres, yakni Basuki T. Purnama
(Ahok), Dahlan Iskan dan Hatta Rajasa.
Hasil
survei pasangan capres-cawapres dengan Jokowi sebagai capres adalah:
Jokowi-Ahok (31,6 persen); Jokowi-Dahlan Iskan (17,1 persen); Jokowi-Hatta
Rajasa (13 persen). Hasil survei pasangan capres-cawapres dengan Prabowo
sebagai capres adalah: Prabowo-Dahlan Iskan (19,8
persen );
Prabowo-Ahok (14,5 persen);
Prabowo-Hatta (14,4 persen). Hasil
survei pasangan capres-cawapres dengan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai capres adalah:
Ical-Hatta (20,2 persen); Ical-Dahlan
(19,3 persen); Ical-Ahok (13,3 persen). Survei CN diatas melibatkan 1.020 responden di seluruh Indonesia dan digarap
pada 23-28 Agustus dan 12-14 September 2013. Pihak CN menegaskan bahwa survei
ini bukanlah pesanan pihak tertentu dan tidak ada sponsor. (kompas.com 8
Oktober 2013)
Hasil survei di atas menjadi acuan dasar bagi kandidat capres
untuk terus menggiatkan konsolidasi. Tentu bukan konsolidasi internal saja,
tetapi juga ekternal partai. “silaturahmi kepentingan” bisa saja menjadi
senjata ampuh menggandeng pasangan.
Melalui
pembacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Menjelang pilpres mendatang, tentu
akan masih banyak lagi hasil-hasil survei elektabilitas kandidat
capres-cawapres. Hasil survei menjadi “jajanan” pelaku dan pengamat politik. meski,
hasil survei tersebut selain menjadi informasi, juga menjadi hal yang kadang “membinggungkan”
pembaca. Fakta di atas juga mengantarkan pada kesimpulan yang paling
mengesankan, yakni sosok kepemimpinan Jokowi-Ahok yang menjadi pemikat publik. Keduanya
menjadi pasangan yang diunggulkan jika mencalonkan menjadi capres-cawapres. Setidaknya,
dengan raihan angka hasil survei elektabilitas, para kandidat perlu terus menjaga
dan meningkatkan lumbung suara. Perlu menjaga konsistensi komunikasi dengan
partai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar