Oleh Ali Topan DS
“Cintailah produk-produk
Indonesia” salah satu slogan yang diusung PT Maspion Grup guna menarik
simpati masyarakat agar menggunakan dan mencintai produk Indonesia. Pesan ia
disampaikan adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan hasil produksi dalam
negeri. Sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat untuk tidak menggunakan
produk Indonesia.
Globalisasi yang menjadi agenda Barat telah membutakan masyarakat
Indonesia akan pentingnya menjaga budaya. Perlahan, globalisasi telah mengikis
rasa cinta tanah air dan produk-produk tanah air. Globalisasi menawarkan budaya
pop yang jelas menguntungkan Barat. Sebagai contoh, produk pakaian pabrikan
Indonesia harus bertarung melawan produk luar yang dipandang memiliki nilai previlage. Alhasil, mereka yang
mengenakan pakaian made in negeri
orang, merasa bangga. Hal ini menjadi sebuah hal yang ironi, jika masyarakat
“kecanduan” oleh produk luar.
Melalui Pameran Produk Indonesia (PPI) yang di gelar pada (26/9/2013),
Wakil Menteri Perindustrian, Alex Retraubun mengajak masyarakat agar fanatik
kepada produk dalam negeri. Fanatik dalam arti mencintai produk asli Indonesia.
Menurutnya, jika masyarakat tidak mencintai produk Indonesia maka akan menjadi
masyarakat bodoh. Ia menyontohkan dengan koleksi batik yang ia punya, hal itu
ia anggap sebagai bentuk fanatik terhadap produk Indonesia. Pada kesempatan
yang sama, Sekjend Kementerian Perindustrian mengingatkan masyarakat agar
menjadi masyarakat yang “menjual” bukan masyarakat yang menjadi sasaran pasar.
Sementara menurut Ade Sudrajat (Kepala Badan Pengurus Nasional Asosiasi
Pertekstilan Indonesia), penggunaan produk dalam negeri adalah upaya
mempertahankan menyediakan lapangan
pekerjaan di industri tekstil.
Upaya mengingatkan masyarakat agar menggunakan produk dalam negeri
dirasa sangat tepat. Mengingat, Asean Economic Community (AEC) 2015 didepan
mata. Hal ini memaksa masyarakat untuk memposisikan produk dalam negeri sebagai
pemegang kendali. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak memang menjadi
sasaran empuk bagi pasar. Pada tahun 2015, negara kita juga dihadapkan dengan
ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Menurut pengamat, Indonesia diprediksi
akan kebanjiran Produk China. Meski demikian, banyak pengamat yang juga menaruh
harapan positif tentang keadaan perekonomian nasional menyambut ACFTA dan AEC
2015. Tentu saja hal itu dapat terwujud dengan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan alam.
Melalui pembacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini,
masyarakat Indonesia belum mencintai pruduk dalam negeri; Pemerintah, melalui
Menperin terus mendorong produk-produk dalan negeri agar mampu bersaing dengan
luar; hal yang di tawarkan Menperin menghadapi Asean Economic Community (AEC)
2015 adalah masyarakat didorong untuk menggunakan produk dalam negeri.
Pengejawantahan terwujudnya masyarakat pecinta produk dalam negeri,
maka Pemerintah, pengusaha dan masyarakat perlu kesadaran kolektif untuk
menggunakan produk dalam negeri; Pemerintah, pengusaha dan masyarakat harus
terus mendorong terciptanya SDM
berkualitas; Pemerintah dan pengusaha harus memperbaiki kualitas industri dalam
negeri agar masyarakat tidak ada alasan untuk tidak menggunakan produk dalam
negeri; Pemerintah dan pengusaha harus menjadikan produk dalam negeri menguasai
pasar. Hal ini dapat tercapai jika pemerintah membatasi impor yang saat ini
dirasa berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar