Oleh
Ali Topan Ds
Jalan terjal
pencapresan Ical selalu saja muncul. Upaya menjegal atau tantangan Ical menuju kursi RI 1 setidaknya dapat dikelompokkan
menjadi dua. Pertama tantangan dari luar partai seperti kasus lumpur Lapindo
yang selalu menyeret nama Ical; polemik dualisme liga sepak bola Indonesia yang
juga kait-kaitkan dengan Ical; serta kasus pajak perusahaannya yang menurut
beberapa sumber tak kunjung dibayar.
Sementara
tantangan Ical di internal partai mulai mengemuka saat pernyataan politisi
senior Golkar, Akbar Tanjung, mengeluarkan pernyataan pencapresan Ical akan
dievaluasi. Tantangan juga muncul terkait Jusuf kalla yang akan mencalonkan
dari sebagai Presiden dari partai lain. Serta baru-baru ini, salah satu ketua
DPP Golkar, Yoris Raweyai, membuka “borok” Golkar sejak di pimpin Ical.
Yoris Raweyai
mengungkapkan bahwa sejak delapan bulan lalu, pengurus DPD II Golkar tingkat
kabupaten/Kota tidak mendapatkan dana operasional dari DPP. Menurut Yoris, ia
telah mengingatkan kepada pengurus DPP dan bahkan Ketua Umum terkait hal
tersebut. Karena dana operasional partai tidak dibayarkan kepada pengurus di
daerah, maka saat ini muncul desakan menuntut penggantian Ical.
Politisi
senior Golkar, Zaenal Bintang mengakui adanya protes dari DPD II mengenai dana
operasional yang tak kunjung dicairkan. Bahkan ia mendengar ancama dari DPD
jika nanti Rampinas –bulan oktober- akan terjadi Munaslub untuk mengganti Ketua
Umum. Ia mengingatkan kepada Ical agar tidak menganggap remeh posisi DPD
mengingat posisi mereka merupakan unjung tombak Golkar (tribunnews. 27 Agustus
2013).
Manuver
politik lainnya yang dikeluarkan Yoris adalah bahwa ia sedang menggalang
dukungan untuk mengevaluasi stagnasi elektabilitas Ical. Salah satunya adalah
menggelar Rapimnas Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Yoris yang juga Ketua
Umum AMPG akan menghimpun keluhan-keluahan kader terkait berjalannya roda organisasi
dalam tubuh partai Golkar (kompas.com. 03 September 2013). Yoris menilai
kampanye-kampanye Ical yang turun langsung kedaerah tidak membuat Golkar solid.
Bahkan ia menduga kampanya Ical tersebut hanya untuk urusan pencapresannya,
bukan urusan partai Golkar secara utuh.
Posisi
Ical sebagai ketua umum partai Golkar dan juga capres yang diusung partai harus
melihat probematika serta dinamika internal partai secara utuh. Ia tidak boleh
mengabaikan begitu saja apa yang menjadi kritik dari pengurus baik tingkat DPD
maupun DPP. Kerja keras pencapresannya tidak akan berarti jika saja terdapat
keretakan dalam tubuh partai.
Kampanye pencapresan yang ia lakukan secara masif
harus berbanding lurus dengan kinerjanya sebagai ketua umum di DPP. Sehingga ia
akan mampu memaksimalkan kerja mesin partai di daerah melalui DPD. Bagaimanapun
juga, DPD adalah ujung tombak partai yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat akar rumput. Sehingga perlu
perhatian terhadap mereka. Ical harus mampu mengakomodir
kepentingan-kepentingan yang lahir dari usulan DPD. Sehingga akan terjalin
kerja harmoni dalam tubuh partai. Hal ini diharapkan dapat menjadi kekuatan
solid Golkar untuk memenangkan pemilihan anggota legislatif dan presiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar