Selasa, 17 September 2013

“Beringin Bergoyang”, Membaca Skenario Bias Rapimnas Golkar



Oleh Ali Topan Ds

Beringin Bergoyang, sebuah kalimat metaforis yang penulis gunakan untuk mengilustrasikan keadaan internal Partai Golkar saat ini. Penulis membayangkan, semakin lama “bergoyang” atau “digoyang”, Beringin bisa saja jatuh. Menjelang Rapimnas yang diagendakan Oktober mendatang, internal Golkar malah terkesan menunjukkan adanya ketidaksolidan. Beberapa faksi sepertinya menunjukkan kekuatan.

Pernyataan Akbar yang memberi warning bagi Ical untuk meningkatkan elektabilitasnya sampai akhir 2013 merupakan sinyal bahwa internal Golkar sedang tidak solid. Menurut Akbar, beberapa pengurus DPD II memantau hasil beberapa survei. Posisi Ical masih “jalan di tempat”. Hal ini memicu mereka untuk mempertanyakan pencapresan Ical.

Idrus Marham, Sekjend Golkar menanggapi pernyataan Akbar. Ia siap memberikan tantangan terhadap Akbar dan akan mengajarkan etika berorganisasi yang baik sesuai aturan AD/ART partai. Memang, Akbar pernah mengkritiki sikap DPP pada saat Rapimnas penetapan Ical karena tidak melibatkan DPD II. Atas kritikan Akbar tersebut, Idrus dengan tegas membantah bahwa ada pelanggaran AD/ART pada Rapimnas penetapan pencapresan Ical. Mengingat didalam AD/ART tidak ada aturan yang harus menyertakan DPD II dalam Rapimnas.

Terkait penyataan Akbar bahwa kader-kader di daerah mempertanyakan pencapresan Ical, Idrus dengan tegas menyangkalnya. Dalam sejumlah kesempatan Idrus mendampingi Ical Road Show diberbagai daerah. Idrus justru menemukan kader yang mempertanyakan sikap Akbar. Artinya, pernyataan Akbar bertolak belakang dengan fakta temuan Idrus di lapangan.

Penyataan Akbar dan juga Idrus barangkali ada benarnya. Ada kader yang mempertanyakan pencapresan Ical, disisi lain adapula kader yang mempertanyakan sikap dan pernyataan Akbar. Hal ini dapat dibenarkan mengingat faksi-faksi dalam tubuh Golkar sangat kental. Penulis mengamati peta faksi yang ada dalam internal Golkar, seperti faksi Ical, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla (detik.com 4 september 2013). Mereka bisa saja mengeluarkan manuver untuk saling menjatuhkan menjelang 2014. Akan tetapi, faksi Jusuf Kalla saat-saat ini terkesan bungkam.

Menjelang Rapimnas Oktober mendatang, Golkar harus sesegera mungkin “beres-beres” urusan dapur partai. Panitia Rapimnas pemegang kendali agar jalan Rapimnas stabil. Pemengang kuasa secara de jure, dalam hal ini Ical harus jeli dan pandai-pandai membaca situasi. Ical harus melihat siapa dibelalakang siapa dan apa kepentingannya. Siapa elit partai yang selama ini “koar-koar” dan apa kepentingannya? 

Mengutip apa yang dikatakan Ichsanuddin Noorsy bahwa politik praktis adalah siapa berkuasa apa bukan apa dikuasai siapa, maka Ical harus berdiri pada posisi yang tepat. Namun perlu dipertimbangkan, bahwa saat-saat ini bukan “adu kuat” yang harus dilakukan Ical. Melainkan kemampuan mengakomodir pihak-pihak yang berseberangan. Terlebih hal ini dilakukan internal partai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar