Oleh
Ali Topan Ds
Beringin Bergoyang, sebuah kalimat metaforis yang
penulis gunakan untuk mengilustrasikan keadaan internal Partai Golkar saat ini.
Penulis membayangkan, semakin lama “bergoyang” atau “digoyang”, Beringin bisa
saja jatuh. Menjelang Rapimnas yang diagendakan Oktober mendatang, internal
Golkar malah terkesan menunjukkan adanya ketidaksolidan. Beberapa faksi
sepertinya menunjukkan kekuatan.
Pernyataan
Akbar yang memberi warning bagi Ical
untuk meningkatkan elektabilitasnya sampai akhir 2013 merupakan sinyal bahwa
internal Golkar sedang tidak solid. Menurut Akbar, beberapa pengurus DPD II
memantau hasil beberapa survei. Posisi Ical masih “jalan di tempat”. Hal ini
memicu mereka untuk mempertanyakan pencapresan Ical.
Idrus
Marham, Sekjend Golkar menanggapi pernyataan Akbar. Ia siap memberikan tantangan
terhadap Akbar dan akan mengajarkan etika berorganisasi yang baik sesuai aturan
AD/ART partai. Memang, Akbar pernah mengkritiki sikap DPP pada saat Rapimnas
penetapan Ical karena tidak melibatkan DPD II. Atas kritikan Akbar tersebut,
Idrus dengan tegas membantah bahwa ada pelanggaran AD/ART pada Rapimnas
penetapan pencapresan Ical. Mengingat didalam AD/ART tidak ada aturan yang
harus menyertakan DPD II dalam Rapimnas.
Terkait
penyataan Akbar bahwa kader-kader di daerah mempertanyakan pencapresan Ical,
Idrus dengan tegas menyangkalnya. Dalam sejumlah kesempatan Idrus mendampingi
Ical Road Show diberbagai daerah. Idrus
justru menemukan kader yang mempertanyakan sikap Akbar. Artinya, pernyataan
Akbar bertolak belakang dengan fakta temuan Idrus di lapangan.
Penyataan
Akbar dan juga Idrus barangkali ada benarnya. Ada kader yang mempertanyakan
pencapresan Ical, disisi lain adapula kader yang mempertanyakan sikap dan
pernyataan Akbar. Hal ini dapat dibenarkan mengingat faksi-faksi dalam tubuh
Golkar sangat kental. Penulis mengamati peta faksi yang ada dalam internal
Golkar, seperti faksi Ical, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla (detik.com 4 september
2013). Mereka bisa saja mengeluarkan manuver untuk saling menjatuhkan menjelang
2014. Akan tetapi, faksi Jusuf Kalla saat-saat ini terkesan bungkam.
Menjelang
Rapimnas Oktober mendatang, Golkar harus sesegera mungkin “beres-beres” urusan
dapur partai. Panitia Rapimnas pemegang kendali agar jalan Rapimnas stabil. Pemengang
kuasa secara de jure, dalam hal ini
Ical harus jeli dan pandai-pandai membaca situasi. Ical harus melihat siapa
dibelalakang siapa dan apa kepentingannya. Siapa elit partai yang selama ini “koar-koar”
dan apa kepentingannya?
Mengutip
apa yang dikatakan Ichsanuddin Noorsy bahwa politik praktis adalah siapa
berkuasa apa bukan apa dikuasai siapa, maka Ical harus berdiri pada posisi yang
tepat. Namun perlu dipertimbangkan, bahwa saat-saat ini bukan “adu kuat” yang
harus dilakukan Ical. Melainkan kemampuan mengakomodir pihak-pihak yang
berseberangan. Terlebih hal ini dilakukan internal partai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar