Oleh:
Ali Topan DS
“Mulutmu harimau mu”. Demikian kata pepatah, yang
maksudnya adalah agar seseorang hati-hati dalam bertutur kata (membuat
pernyataan). Atau, dalam pribahasa lain, bahwa keselamatan orang juga terletak
dari keselamatan lidahnya yang berbicara.
Sebuah pernyataan kontroversi dilontarkan oleh
politisi partai Demokrat (PD), Sutan Bathoegana. Ia menyatakan pejabat beristri
banyak (lebih dari satu/poligami) kerap melakukan prilaku korupsi. Menurutnya,
banyak istri banyak kebutuhan, karenanya korupsi menjadi niscaya dilakukan. Pernyataan
di atas menuai kritik yang banyak dilancarkan politisi partai lain, khususnya
Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Diantara politisi PKS yang mengkritik balik Sutan
adalah Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nurwahid. Menurutnya, tidak semua yang
beristri banyak melakukan korupsi. Bahkan yang beristri satu pun dapat saja
melakukan korupsi. Ia menyontohkan jumlah istri kader PD yang tersandung
korupsi –Anas, Andi dan Nazarruddin- mereka beristri satu tetapi berurusan
dengan KPK. Sementara anggota BK DPR, Ali Machsan membalik pernyataan Sutan,
bahwa karena ada uang dan kekuasaan, maka pejabat banyak yang berpoligami. Ia memandang
Sutan tidak berdasar secara ilmiah dalam menyatakan sebuah pernyataan.
Sutan memang tidak menyebutkan atau menyontohkan
siapa pejabat korup yang istrinya lebih dari satu. Tetapi memiliki tendensi
menyudut pihak tertentu. Jika dikaitkan dengan persoalan kasus hukum dan politik
saat ini, pernyataan Sutan sepertinya diperuntukkan mantan presiden PKS, Lutfi
Hasan Ishak serta rekannya, Ahmad Fatonah. Seperti diketahui, keduanya memiliki
istri lebih dari satu.
Penulis membaca –fakta di atas- tersirat pesan
adanya “perang” antara PD dan PKS. Sebagaimana diketahui, meski PKS tergabung
dalam koalisinya pemerintah SBY jilid II, PKS dikenal “bandel” yakni banyak berseberangan
dengan kebijakan pemerintah. Hal ini pula yang membuat PD geram melihat “kelakuan”
PKS. Selain itu, penulis juga melihat pernyataan Sutan sebagai respon atas
mengkirnya dua istri LHI saat dipanggil untuk bersaksi di pengadilan. Meskipun waktu
pernyataan Sutan dengan berita mengkirnya istri LHI hampir bersamaan.
Penyataan Sutan yang seakan menjustifikasi bahwa prilaku korup
adalah dilakukan pejabat yang beristri lebih sari satu menuai banyak kritik. Pernyataan
Sutan yang tak berbasis pada hal-hal ilmiah kemudian terbantahkan oleh beberapa
kader Demokrat yang beristri satu tetapi terseret skandal korupsi.
Sebaiknya, partai Demokrat menghimbau para kadernya agar tidak
mudah memberikan pernyataan kontroversi yang tak berdasar. Banyak pengamat
politik yang melihat adanya nothing truth konstituen/publik disebabkan ulah
dan pernyataan kadernya yang berkesan “genit”. Tentu, hal tersebut akan menjadi
bumerang bagi PD. Kejadian pada Sutan sebetulnya pernah menimpa saat ia menuduh
mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang diturunkan karena terlibat
korupsi. Sontak kala ini warga nahdiyin marah besar hingga terjadi
pengrusakan beberapa kantor PD diberbagai daerah. Berbeda dengan sebelumnya,
pernyataan Sutan kali ini menimbulkan reaksi keras dari PKS. (sumber data
dan informasi: detik.com dan liputan6.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar