Oleh Ali Topan DS
Tahun 2013 ini di
gadang-gadang sebagai tahun politik. Para tokoh, elit parpol yang akan meramaikan
pesta demokrasi, pemilihan presiden, sudah bersiap mencari simpati publik. Turun
langsung kepada rakyat dengan memberi bantuan, mendengarkan keluhan rakyat,
pasang iklan di media, adalah sebagian contoh yang dilakukan untuk mengdongkrak
elektabilitas. Disamping mereka (kandidat presiden) juga melakukan lobi-lobi
dengan negara adidaya dan tetangga sebagai bentuk restu dan investasi saat
terpilih. Pada saat bersamaan, lawan politik saling sikut demi jatuhnya pamor
salah satu dari banyak calon. Sehingga ia dapat melenggang mulus menuju kursi
RI-1.
Abu Rizal Bakri, calon
presiden yang diusung dari partai Golkar merasa banyak ganjalan saat sudah
disepakati pencalonan tunggalnya dari partai berlambang pohon Beringin itu. Mulai
dari penyataan Akbar Tanjung soal pencalonan presiden ARB yang belum final
serta isu lawan politiknya di golkar, Yusuf Kalla, yang juga dianggap kandidat
kuat calon RI-1.
Selain itu internal
partai, ARB juga dihantam isu lumpur Lapindo. Kita tahu, bahwa Lapindo
merupakan masalah ARB dalam pencalonannya sebagai capres. Ganti rugi untuk
korban Lapindo tak kunjung dilunasi. Selain itu, utang Bakri Life kepada
nasabah. Serta yang paling penting, bahwa siapapun yang akan menjadi orang
nomor satu di negeri ini haruslah wong
Jowo (orang Jawa). Meski ini hanya mitos, tetapi faktanya selalu tercatat
dalam sejarah Indonesia.
Tak gegabah dengan
isu-isu internal partai; Lapindo dan mitos presiden Jawa, ARB terus melakukan
konsolidasi politik. Termasuk mencari siapa pendamping yang nanti akan
berpasangan dengannya di pilpres 2014. Ia sempat diisukan meminang Jokowi,
Gubernur DKI Jakarta sebagai cawapresnya. Meski hal itu hanya wacana belaka,
tetapi isu tersebut dapat dijadikan landasan bahwa ARB sedang mencari pasangan
serasi dan sejalan di pertarungan pilpres nanti.
Selain itu, ia
menggunakan dua stasiun televisi yang ia punyai untuk melakukan pencitraan. Dengan
kedua stasiun televisinya, ia memanjakan rakyat dengan tontonan sepak bola. Apalagi
selain menyiarkan tayangan Liga Super Indonesia, kedua stasiun televisi tersebut
juga akan menayangkan kejuaraan tertinggi sepak bola dunia, Piala Dunia 2014 di
Brazil. Ya, tentu saja sepak bola merupakan cabang olahraga yang paling
digemari masyarakat Indonesia.
ARB sangat yakin bahwa
penayangan sepak bola melalui dua stasiun televisinya dapat menarik hati rakyat
dan menjadi kantong suara pilpres nanti. Ia menyatakan, bahwa banyak sekali
masyarakat yang mengucapkan terima kasih kepadanya karena menayangkan siaran
sepak bola. Bahkan menurutnya, orang yang mengucap terima kasih saat penayangan
sepak bola jauh lebih banyak dari pada orang yang berterimah kasih saat ia menyampaikan
bantuan korban lumpur Lapindo. Meski untung yang diambil dari penayangan itu
hanya sedikit.
Setidaknya ARB telah melakukan hitung-hitungan politis. Ia rela kehilangan massa karena kekesalan terkait lumpor Lapindo. Tetapi disisi lain, ia memanjakan rakyat dengan tontonan sebak bola yang diharapkan menarik simpati. Cara dan strategi ini mungkin sebagaian kecil yang diperlihatkan ARB dan tim pemenangannya. Tentu saja masih banyak lagi hal-hal yang ia lakukan untuk peningkatan elektabilitas sebagai modal pilpres 2014.