Oleh
Ali Topan DS
Berbeda
dengan partai politik lainnya yang menetapkan capres melalui rapimnas/rakornas,
Partai Demokrat memilih penentuan capres melalui konvensi semi terbuka. Konvensi
tersebut melibatkan masyarakat untuk memilih nama-nama yang disodorkan PD
setelah melalui penyaringan oleh kemite konvensi. Model konvensi ala PD ini
tentu saja berbeda dan merupakan model baru dalam kancah perpolitikan
Indonesia.
Proses
kaderisasi PD banyak disayangkan oleh para pengamat politik. sebagai partai
penguasa PD dianggap gagal mengkader kadernya. Sentralisasi sosok masih tertuju
hanya kepada SBY selaku pendiri partai. Sadar akan situasi demikian, PD pun
membuka peserta konvensi selain dari internal partai, juga dari luar partai
(simpatisan atau yang merasa dekat dengan Domokrat-SBY).
Beberapa
nama tokoh telah diinventarisasi untuk ikut serta konvensi PD. Nama-nama
seperti Marzuki Ali dan Pramono Edhi Wibowo –yang baru saja bergabung dengan
PD- disebut-sebut akan ikut andil dalam konvensi PD. Selain itu ada pula dari
kalangan eksternal partai seperti, Mahfud MD (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi),
Gita Wirjaman (Menteri Perdagangan), Dahlan Iskan (Menteri BUMN), Irman Gusman (Ketua
Dewan Perwakilan Daerah) dan Jumhur Hidayat (Ketua Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia).
Kabar
mengejutkan juga mewarnai bursa calon peserta konvensi PD, yakni Jokowi yang
masuk dalam bidikan PD. Pernyataan tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Andi
Nurpati, komite konvensi PD. Gubernur DKI Jakarta tersebut berkali-kali
menyatakan bahwa dirinya belum punya niatan untuk maju pilpres. Ia sadar bahwa
urusan Jakarta yang menumpuk dipundaknya belum tuntas. Disisi lain, hubungan
tidak akur antara Mega-SBY tentu akan menutup kemungkinan Jokowi untuk ikut
konvensi PD. PDIP tentu tidak akan rela melepas kadernya untuk dinikmati oleh
partai yang selama ini menjadi oposisi.
Rankaian
strategi yang akan dilalukan PD menjelang pemilu 2014 terbilang cukup masif. Upaya
melibatkan masyarakat untuk turut menilai sertai melilih calon presiden yang
akan diusung PD dapat diartikan sebagai upaya PD mengembalikan public trust kepada PD sendiri. PD
seakan memberi kesan melibatkan masyarakat dalam menentukan capresnya. Namun,
masyarakat akan kah memaafkan “dosa-dosa” kader PD yang selama ini kerap
disinggung terlibat dugaan korupsi. Pesakitan hati masyarakat terhadap SBY juga
masih menjadi momok bagi PD. Pasalnya
sejak naikkan harga BBM bersubsidi, SBY lah yang dianggap orang paling berdosa.
Dominasi peran Cikeas juga perlu diperhitungkan bagi siapa saja yang ingin berkontestasi dalam konvensi PD. Pasalnya, muncul dugaan bahwa “Geng Cikeas” sudah menyiapkan Pramono Edhi sebagai suksesi SBY di PD. Tak elak, bahwa konvensi PD disebut-sebut hanya sebagai ajang PD untuk caper alias cari perhatian masyarakat Indonesia. Bahkan Jusuf Kalla menyatakan bahwa konvensi PD seperti Indonesia idol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar