Oleh
Ali Topan DS
Bulan
Ramadhan, bagi para politisi (capres) merupakan momentum meningkatkan ibadah
dan simpati rakyat. Banyak capres yang aktif dalam kegiatan Ramadhan. Mulai
dari menyambangi lembaga-lembaga pendidikan Islam, buka puasa bersama, salat
taraweh keliling hingga sahur on the road.
Pada saat yang sama, mereka tampil di televisi dengan kemasan yang sengaja
didesign khusus di bulan Ramadhan. Sebuah hal wajar yang mereka lakukan untuk
terus mendapat simpati dari rakyat.
Meski
Pemilu Presiden masih setahun lagi, para capres dan partai harus gencar untuk
meraup simpati dari pemilih. Hampir setiap momentum hari besar, para capres
selalu turut ambil bagian meski hanya melalui iklan televisi. Misalnya saat
peringatan Hari Ibu, beberapa capres ikut ambil bagian untuk sekedar memberi
ucapan dengan kemasan yang cukup apik
ditelevisi.
Persepsi
positif capres yang dimunculkan melalui media merupakan upaya agar msyarakat
selalu mengingat nama capres tersebut. Capres tersebut seolah peduli dengan
beberapa momentum hari besar dalam sejarah Indonesia. Hal ini dimaksudkan
mendorong elektabilitas sang kandidat. Pusat Data Bersatu (PDB) merilis
nama-nama tokoh yang sering nongol
ditelevisi, sehingga masyarakat mengingatnya. Nama Ketua Umum Partai Golkar,
Aburizal Bakrie menduduki urutan pertama, disusul dengan Ketua Umum Gerindra,
Prabowo Subianto Selain itu, nama Prabowo juga paling sering disebut oleh
masyarakat. Sedangkan Megawati dan Jusuf Kalla merupakan tokoh yang paling
dikenal. Hal ini karena keduanya mantan Presiden dan Wakil Presiden.
Meski
demikian, kandidat juga harus mencermati persepsi mereka dimata mayarakat. Bisa
jadi masyarakat mengingatnya karena rekam jejak yang jelak dari si capres.
Capres paling diingat tidak menjamin ia akan terpilih karena, bisa jadi yang
diingat dari capres adalah hal-hal negatif (sebut saja kasus pelanggaran HAM,
lumpur Lapindo, tidak membayar pajak dan lain-lain). Sehingga, meski tayang
iklan capres gencar dilakukan di sebuah media tertentu harus ada upaya real capres untuk meyakinkan konstituen
secara langsung.
Rakyat
saat ini menginginkan pemimpin yang tidak hanya bicara, tetapi juga bertindak
secara real time. Tingkat kepercayaan
rakyat terhadap pemimpin semakin tergerus karena para elite diangap elitis dan
tidak merakyat. Selain itu ketidakpercayaan rakyat terhadap partai akibat kasus
korupsi juga menjadi perkerjaan tambahan bagi capres yang diusung dari partai.
PDB memaparkan hasil survei yang menyebut bahwa rakyat menginginkan pemimpin
yang merakyat dan bersih dari kasus korupsi. Bahkan rakyat mengesamping dari
faktor agama dan ideologi mana ia berasal. Kedua sifat pemimpin, yakni merakyat
dan bersih dari korupsi itulah yang didambakan rakyat.
Diakhir
tulisan ini, penulis mengajukan tesis bahwa sesuatu yang melekat dalam mind seseorang tertentu bukan berarti
akan menjadi pilihan. Sebagai contoh, dalam pikiran dan ingatan laki-laki,
perempuan cantik akan selalu dijadikan bidikannya untuk dijadikan pasangan.
Tetapi hal tersebut tidak selalu dilakukan laki-laki karena banyak perempuan
cantik yang memiliki “sisi buram” kehidupannya. Artinya tidak semua perempuan
cantik memenuhi unsur perempuan idel bagi laki-laki tertentu.
Pikiran
dan ingatan tidak selalu muncul bermakna positif. Bahkan watak manusia itu
cenderung untuk mengingat hal buruk dari seseorang lainnya. Jika capres hanya
gencar ngiklan di media tanpa
dibarengi dengan langkah kongrit, maka ongkos iklan di media yang harganya nggak karuan mahal akan sia-sia. Para
capres harus mengkalkulasi dan menghitung untuk rugi ngiklan di media dengan tampil langsung dihadapan calon pemilih,
serta kesan yang akan timbul dari calon pemilih tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar