Senin, 05 November 2012

Potret Buram Perolahragahan Indonesia


Oleh Ali Topan DS
Tanggal 9 september ditetapkan pemerintah sebagai hari olahraga nasional. Sejarah mencatat bahwa penetapan tanggal diatas sebagai hari olahraga nasional adalah ketika pada tanggal 9-12 september tahun 1948, Indonesia menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON). Karena pembukan PON waktu itu dimulai tanggal 9, maka pemerintah pun menetapkannya sebagai hari olahraga nasional. Kala itu PON dibuka langsung oleh presiden sukarno. Sekitar 600 atlet mengikuti gelaran olahraga multi cabang tersebut.

Trend positif perolahragahan Indonesia mulai tampak. Berawal ketika Lilies Handayani, Vitriyana Saiman dan Kusuma Wardani yang mempersembahkan medali perak pada gelaran olahraga terakbar olimpiade Seoul 1988 di Korea. Kesuksesan beberapa atlet bulu tangkis, seperti Susi Susanti dan Alan Budikusuma dalam menyabet medali emas olimpiade Barcelona 1992 juga menjadi bukti nyata. Beberapa atlet setelah Susi juga tetap  menjaga tradisi emas olimpiade. Sebut saja Rikcy Subagya dan Rexi Mainaki, pasangan ganda putra; Toni Gunawan dan Candra Wijawa serta punggal putra Taufik Hidayat. Pada pesta oleh raga tingkat asean, Indonesia sempat disegani sebagai tim yang selalu dijagokan.

Saat ini, prestasi di atas tidak kita saksikan lagi. Dalam banyak ajang pesta olahraga, Indonesia masih tertinggal jauh dari lawan-lawannya, terlebih negara-negara Asia. Prestasi berbagai cabang olahraga Indonesia kian menurun. Diajang olimpiade misalnya, tim bulutangkis Indonesia tidak mampu melanjutkan tradisi medali emas. Bahkan pada olimpiade terakhir, 2012, tim bulutangkis tampil memalukan dengan didiskualifikasinya pasangan ganda putri, Meiliana Jauhari dan Greysia Poli karena sengaja bermain mengalah. Pada turnamen sepak bola, hal seperti ini pernah terjadi. Indonesia memainkan sepak bola gajah pada ajang piala tiger 1998 saat melawan kesebelasan Thailand.

Pengelolahan dan persiapan atlet saat menghadapi ajang turnamen juga dirasa kurang. Sebut saja saat tim atau atlet Indonesia ketika menghadapi olimpiade Inggris 2012. Persiapan kontingen Indonesia sangat mepet, ditambah lagi persoalan pencairan dana yang lambat. Hal ini diakui Tono Suratman, ketua KONI. Tidak hanya itu, mungkin kita masih ingat dengan persiapan Indonesia sebagai tuan rumah pesta olahraga Sea Games November 2011. Beberapa hari menjelang gelaran tersebut, arena pertandingan belum selesai total. Sarana dan fasilitas umum masih menemui kendala teknis. Media Kompas mencatat ada 11 cabang olahraga yang terancam penayangan hasil pertandingan tidak secara online, karena penerapan swiss timing masih belum maksimal. Kedatangan Wapres Budiono saat meninjau lokasi pertandingan disambut dengan debu-debu pembangunan gedung yang belum selesai.

Baru-baru ini, kita dihadapkan dengan hal yang sama. Menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON), ternyata pihak penyelenggara masih keteteran dengan belum rampungnya beberapa pembangunan venue seperti gelenggang menembak dan lapangan futsal. Meski pihak Kemenegpora telah menegaskan bahwa PON tidak akan diundur, tetapi kekurangan dalam penyelenggaraan harus kita akui adanya. Dugaan dana PON yang dikorupsi oleh pejabat daerah membuat masalah kiat pelik menjelang gelaran PON kali. Selain itu, kisruh dan dualism pengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga menambah rapot merah perolahragahan negeri ini.

Berangkat dari peringatan hari olahraga ini, tentu masyarakat berharap agar perolahragahan Indonesia kembali menemukan prestasi. Masyarakat berharap agar kelak Merah-Putih terus berkibar dikancah turnamen olahraga internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar