Oleh: Ali Topan DS
Batu
bara adalah salah satu kekayaan alam yang sangat banyak memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Diantara manfaatnya adalah sebagai pengganti bahan bakar
minyak; bahan baku pembuatan baja/besi; bahan bakar pembangkit listrik dan
lain-lain. Bahkan komponen dari batu bara pun juga berguna sebagai bahan dasar
pembuatan barang (seperti: zat pelarut, zat pewarna, sabun, dan plastik).
Di
Indonesia, kebutuhan manusia akan batu bara semakin mendesak. Hal ini membuat
peluang bisnis pertambangan batu bara sangat menjanjikan. Kualitas batu bara di
Indonesia yang sangat baik membuat pasar internasional juga melirik bisnis ini.
Bisnis pertambangan batu bara memberikan aset sangat besar bagi perusahaan
pengelolah kuasa pertambangan (pemilik).
Kekayaan
tambang batu bara banyak tersebar di beberapa pulau di Indonesia, seperti
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Di wilayah Sumatera, banyak sekali
aktivitas perusahaan tambang yang telah beroperasi. Kekayaan tambang batu bara
yang sangat menjanjikan di Sumatera antara lain terdapat di Sawahlunto Sumatera Barat, Tanjung
Enim Sumatera Selatan dan Rokan Hulu Riau.
Secara
umum, salah satu yang menjadi kendala para pelaku bisnis pertambangan batu bara
adalah keterbatasan dana pemilik usaha tambang. Guna menjaga kelangsungan
bisnisnya, mereka kerap menggandeng mitra usaha tambang baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Mereka beranggapan bahwa mencari mitra kerja dimaksudkan
untuk terus melakukan improvisasi pada bisnis ini. Hal ini tentu merupakan
kesempatan bagi para pemilik modal (baik dalam maupun luar negeri) untuk turut
dalam pengembangan usaha dibidang pertambangan.
Bagi
seorang investor yang akan menjalankan bisnis tambang batubara, keberadaan dan
aktivitas pertambangan sangat penting untuk diketahui dan dipelajari. Hal ini
akan menjadi stimulus bagi pemilik modal agar bersedia membangun bisnis tambang
batu bara atau menjadi mitra bagi perusahaan yang telah ada. Melakukan
pertimbangan secara matang bagi investor mutlak dilakukan. Sehingga langkah
dalam menjalankan bisnis tidak salah sehingga berjalan dengan baik.
Secara
umum, bisnis pertambangan batu bara sangat berkaitan dengan lingkungan dimana
aktivitas tambang tersebut dilakukan. Beberapa aspek yang patut diketahui dan
menjadi pertimbangan bagi calon investor adalah: aspek ekonomi dan sosial-politik.
Jika disimpulkan, masalah yang muncul pada dua aspek diatas sangat beragam dan kompleks.
Ditinjau
dari aspek ekonomi, pada umumnya lokasi pertambangan kerap berada diwilayah
yang pendapatan ekonomi penduduknya masih dibawah rata-rata (rendah). Pembukaan
industri pertambangan tentu akan berdampak pada ekonomi masyarakat sekitarnya.
Selain itu, perusahaan tambang disuatu daerah juga akan mendorong meningkatan
pendapatan daerah. Karenannya, pembukaan industri pertambangan di wilayah Sawahlunto Sumatera Barat,
Tanjung Enim Sumatera Selatan dan Rokan Hulu Riau akan berdampak pada peningkatan
ekonomi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Tinjauan aspek sosial-politik
menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan tambang disuatu wilayah kerap menimbulkan
pro-kontra dengan masyarakat setempat. Masalah yang dapat diindentifikasi
meliputi: sengketa kekuasaan tanah ulayat (tanah adat); pencemaran limbah
tambang terhadap masyarakat; Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sering
“mengancam” perusahaan dan lain-lain. Kasus seperti ini kerap mendera
perusahaan yang berada di Pulau Sumatra dan pulau lainnya.
Berikut
ini akan dipaparkan gambaran singkat kegiatan tambang batu bara yang berada di
wilayah Sawahlunto-Sumatera
Barat, Tanjung Enim-Sumatera Selatan dan Rokan Hulu-Riau.
Pertama:
Kegiatan tambang batu bara diwilayah Sawahlunto Sumatera Barat telah
berlangsung sejak 1876. Sejak saat itu banyak investor Belanda yang
berinvestasi demi meraup keuntungan dari bisnis tersebut. Mereka membangun
infrastruktur demi kelancaran penganggutan hasil tambang. Saat ini, aktivitas
tambang batu bara di Sawalunto tetap beroperasi. Pada tahun 2011, lahan tambang
mencapai 2.950 hektar. Tambang tersebut dikuasai oleh PT. Bukit Asam Tbk dan PT
Time Surya Energy.[1]
Kedua:
Kegiatan tambang batubara di Tanjung
Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda, tahun 1919. Penambangan dilakukan
secara bertahap, yakni tambang terbuka; tambang bawah tanah pada 1923-1940;
serta tambang untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938. Pasca kemerdekaan
Republik Indonesia, para pekerja menuntut nasionalisasi perusahaan tersebut.
Pada 1950, permerintah saat itu pun mengesahkan tambang tersebut sebagai Perusahaan
Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).
PN. TABA
berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero) Tbk Pada 1981. Demi pengembangan ketahanan energi nasional,
maka pada tahun 1993 pemerintah mendorong pengembangan usaha tambang briket
batubara. Sejak 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.[2]
Ketiga: Menurut
Kepada Dinas Tambang dan Energi (Distamben) Kabupaten Rokan Hulu, potensi
tambang batubara di Rokan Hulu sangat baik. Pada awal tahun 2013, terdapat
empat perusahaan yang melirik untuk melakukan kegiatan tambang batubara. Emapat
perusahaan tersebut adalah: PT Budi Indah Mulia Coal yang menggarap 686 hektar dan, PT
Multi Kreasi Jaya Perdana juga sudah kantongi izin ekplorasi dengan luas
cakupan sekitar 4.303 hektar, PT Riau Multi Investama sendiri sudah produksi di
lokasi 197 hektar dan PT Tata Nugraha Bina Manidiri sudah kantongi izin
ekplorasi dengan luas cakupan mencapai 4.991 hektar.[3]
Data Distamben juga mencatat bahwa sekitar 10.177 hektar areal di Kecamatan
Rokan IV Koto berpotensi sebagai tambang biji batubara.[4]
Akan tetapi, keberandaan tambang batubara di Rokan Hulu bukan tanpa hambatan.
Hambatan yang paling besar adalah infrastruktur yang belum memadai.[5]
Artinya, keberadaan industri tambang harus dibarengi dengan kualitas
infrastruktur yang memadai.
Paparan mengenai kegiatan tambang di tiga wilayah di Sumatera
(Sawahlunto-Sumatera Barat, Tanjung Enim-Sumatera Selatan
dan Rokan Hulu-Riau)
diharapkan mampu memberi informasi bagi investor. Gambaran tentang kualitas
produksi batubara, kondisi perusahaan dan hambatan-hambatan setidaknya menjadi
bahan pertimbangan bagi investor.
[1] http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/237008-tambang-batu-bara-ombilin-beroperasi-agustus.
diakses pada 3 Desember 2013. 11.49 WIB
[2] http://ptba.co.id/id/about/history.
diakses pada 3 Desember 2013. 18.03 WIB
[3] http://riauterkini.com/rohul.php?arr=55543.
Diakses pada 4 Desember 2013. 09.53 WIB
[4] http://www.riauterkini.com/rohul.php?arr=61051.
Diakses pada 4 Desember 2013. 09.57 WIB. Lihat pula informasi pada situs
Distamben Rokan Hulu: http://distamben.rokanhulukab.go.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar