Senin, 17 Juni 2013

Adu Kuat Politisi Senayan dalam Menaikkan Harga BBM



Oleh: Ali Topan DS

“Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota. Bersatu padu rebut demokrasi...”. Bait lagu tersebut mengiringi langkah para demonstran yang menolak pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Di beberapa titik strategis (Gedung DPR/MPR, Istana Negara, Bundaran Hotel Indonesia dan tempat-tempat lainnya) para mahasiswa, buruh dan aktivis LSM menyuarakan aspirasinya, menolak kenaikan harga BBM. Beberapa aksi demonstrasi tersebut berujung bentrok dengan petugas.

Pada saat bersamaan, para wakil rakyat sedang rapat “alot” di dalam gedung DPR. Anggota dewan yang terdiri dari total 560 orang adu argumentasi. Fraksi yang tergabung dalam partai koalisi menyatakan menerima kenaikan harga BBM, kecuali fraksi PKS. Sedangkan kubu oposisi, yaitu Fraksi Partai PDIP, Gerindra, Hanura dengan lantang menolak kenaikan harga BBM.

Kenaikan harga BBM ini memang jauh-jauh hari telah diprediksi oleh baik pengamat politik maupun ekonomi. Banyak alasan yang menunggangi pemerintah dalam menaikkan harga BBM. Adanya disparitas harga BBM sangat memungkinkan penyelundupan. Selain itu, penaikan harga BBM subsidi adalah konsekuensi untuk menyelamatkan perekonomian nasional.

Pihak yang tidak setuju kenaikan harga BBM berdalih, jika BBM naik maka efek domino yang timbul adalah kenaikan harga sembako dan transportasi. Pemerintah juga tidak perlu menaikkan harga BBM mengingat harga minyak sedang turun. Iming-imging pemerintah akan memberikan Balsem (bantuan langsung sementara) hanya akan “membodohi” rakyat kecil. Balsem juga dinilai akan sangat sarat nuansa politik, mengingat pemilu 2014 di depan mata. Selain itu, para pengamat juga menyayangkan naiknya harga BBM ini menjelang datang nya bulan Ramadhan. Kenaikkan ini tentu saja akan meyulitkan rakyat.

Masing-masing kedua kubu yang mengusung kenaikan atau tidaknya harga BBM memiliki argument yang sama kuat. Sehingga rapat paripurna pun bentu hasil. Hal tersebut memaksa pengambilan keputusan dengan cara voting. Tentu saja, partai oposisi akan kalah dari partai pengusung kenaikan harga BBM, partai koalisi selain PKS.

Terlepas dari sisi positif dan negatif atas kenaikan BBM sebagaimana yang diprediksi oleh para pengamat, rakyat dipertontonkan dengan dagelan politik khas senayan. Fraksi partai pendukung kenaikan BBM dengan jumlah voting 338 suara mengalahkan fraksi “pembela rakyat cilik” yang mengantongi hasil suara voting sebanyak 181. Tontonan sidang yang diwarnai interupsi-interupsi dari perwakilan tiap fraksi yang menyampaikan pandangannya seperti mengelabui dan membodohi rakyat Indonesia. Wong wong cilik tentu hanya terperangah melihat aksi interupsi-interupsi tersebut. Mereka hanya bisa berharap, harga sembako tak melambung tinggi.
 
Rakyat mungkin menerima naikkan harga BBM, tetapi dengan sangat berat hati. Anggota dewan tidak pernah dapat mendengar langsung bagaimana hati jutaan rakyat Indonesia ngedumel serta nelongso menerima kenyataan pahit kenaikkan harga BBM. Ribuan mahasiswa serta serikat buruh harus tertunduk lesu menerima ketuk palu putusan kenaikan harga BBM setelah berjibaku dengan aparat yang mengamankan jalannya paripurna DPR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar