Oleh:
Ali Topan DS
Tahun
2013 saat ini, orang sudah terlanjur menyebutnya sebagai “tahun politik”. Tentu
saja tidak salah, karena bagaimanapun tahun 2013 adalah momen paling krusial
bagi siapa saja yang bernit turut serta pada pemilihan anggota legislatif dan
presiden. Dari beberapa hasil survei, beberapa nama telah mengisi kolom-kolom
kandidat calon presiden. Mesin partai bekerja semaksimal mungkin untuk merebut
hati masyarakat yang sudah mulai menutup mata terhadap politik.
Pada
saat partai disibukkan untuk mendongkrak tingkat keterpilihan caleg dan
capresnya, beberapa partai harus menghadapi kondisi yang tidak diharapkan.
Sebut saja skandal korupsi proyek pusat olahraga Hambalang yang menimpa banyak
kader dari partai Demokrat, suap impor sapi yang menjadi “musibah” Partai
Keadilan Sejahtera, korupsi pengadaan laboratorium yang turut menyandra Partai
Golkar serta sederet kasus lain yang dapat memperburuk citra partai di mata
publik.
Bersama
seiring seirama, partai politik dan capres yang diusung mulai melakukan
pendekatan dengan ke-khasan masing-masing capresnya. Aburizal Bakrie adalah
calon presiden yang diusung oleh partai Golkar. Pria yang akrab disebut ARB,
terlihat “ngotot” untuk meningkatkan
elektabilitasnya dalam bursa capres 2014. Hal ini sangat mudah terbaca dari
beberapa iklan yang tayang di media cetak dan elektronik. Bahkan sebuah lembaga
survei merilis bahwa ARB adalah satu-satunya capres yang paling banyak beriklan
di televisi.
Hasil
survei di beberapa lembaga survei mayoritas menepatkan ARB diurutan ketiga dan
keempat. Hal ini memaksanya untuk lebih memaksimalkan mesin partainya, Golkar.
Golkar memang sudah melakukan strategi untuk meningkatkan elektabilitas ARB.
Salah satu langkah real yang
dilakukan partai berlambang pohon Beringin tersebut adalah melakukan pendekatan
masyarakat desa, komunitas-komunitas tertentu dan elemen kelompok strategis
lainnya. Namun demikian, Golkar harus bekerja untuk memperkenalkan sosok ARB
itu sendiri. Jika Golkar menepati urutan teratas, hal tersebut tidak bisa
menjadi jaminan bahwa ARB juga berada diurutan atas.
Dari
pemetaan tim pemenangan Golkar di 77 daerah pemilihan, nama ARB berada diurutan
ketiga dibawah Jokowi dan Prabowo. Nama ARB berada diurutan pertama hanya di
daerah pemilihan wilayah Bogor. Dengan demikian, dalam beberapa waktu kedepan
Golkar harus tetap ngebut guna
mendongkrak nama ARB.
Secara
pribadi, ARB juga harus bersih-bersih dengan kasus yang sedang melilit partai
Golkar serta dirinya. Peringatan tujuh tahun lumpur lapindo yang jatuh pada 29
Mei 2013 harus menjadi perhatian utama untuk membersihkan “noda-noda” yang
melekat. ARB perlu melakukan komunikasi politik dua arah. Selain ia getol berkampanye melalui media, ia
harus “menenangkan” masyarakat Sidoarjo yang menjadi korban lumpur Lapindo
serta memenuhi kebutuhan para korban lumpur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar