Oleh Ali Topan DS
Menjelang pemilihan umum legislatif dan eksekutif pada
2014 nanti, partai politik sudah disibukkan dengan strategi guna memenangkan
partai serta calon presiden yang diusung dari partainya. Berbagai media cetak
dan elektronik memberitakan beberapa partai telah melakukan konsolidasi guna
mendulang suara. Aksi nyata dengan melakukan kunjungan dan memberikan bantuan
tertentu menjadi strategi partai dan capres dalam mendapatkan simpati
masyarakat.
Beberapa lembaga survei telah melakukan survei terhadap
tingkat elektabilitas parpol dan capres. Informasi dari hasil survei tersebut
menjadi poin tersendiri bagi partai untuk melakukan pembenahan internal dan
eksternal. Partai dengan tingkat keterpilihannya terbawah akan gupuh untuk melakukan strategi merekrut
pemilih. Demikian juga dengan kandidat-kandidat capres yang disibukkan dengan
upaya meningkatkan elektabilitasnya.
Pada posisi seperti ini, banyak parpol dan capres yang
membidik pemilih pemula dalam pemilu nanti. Hal ini terlihat dari munculnya
organisasi pemuda sayap partai seperti Liga Mahasiswa di Nasdem, Satuan Pelajar
Mahasiswa Hanura (sapma Hanura), Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa di Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) serta masih banyak lagi ormas pemuda yang menjadi
“antek” parpol. Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2014, sebagai mana dinyatakan
Central for Election and Political Party diperkirakan mencapai 50 juta orang
pemilih. Dengan jumlah yang cukup banyak ini, pemilih pemula menjadi sasaran dan
target parpol dan capres.
Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil survei dari
kalangan pemilih pemula. Survei tersebut melibatkan 1230 responden. Dari survei
tersebut, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menempati urutan pertama
sebagai partai terfavorit dikalangan pemilih pemula dengan (19,5 persen).
Golkar (19,3 persen) dan Hanura (12,8 persen) menyusul masing-masing di
peringkat dua dan tiga. Partai Demokrat sebagai penguasa secara mengejutkan
terdampar di peringkat enam dengan 4,6 persen. Hasil survei tersebut juga
menyatakan bahwa pemilih pemula tidak tertarik dengan partai berbasis Islam.
Alasannya, partai Islam adalah partai yang tidak pro terhadap perubahan.
Selain partai, LSN juga mengukur tingkat keterpilihan
capres dari kalangan pemilih pemula. Secara mengejutkan, Abu Rizal Bakri, calon
presiden yang diusung Partai Golkar bertengger diurutan pertama dengan 18,6
persen. Menyusul diperingkat kedua, Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto dengan
16,4 persen. Nama-nama politisi dari partai Islam yang sering masuk bursa
capres seperti Suryadarma Ali, Muhaimin Iskandar dan Anis Matta lagi-lagi tak
dapat menembus urutan tiga besar.
Ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan
parpol serta capres yang diusungnya. Kemelut dan kisruh Daftar Caleg Sementara
(DCS) yang hampir terdapat disemua parpol harus segera diselesaikan. Semakin
dekatnya pemilu, parpol harus menghindari konflik-konflik internal agar
terjaganya basis massa. Parpol dan capres yang diusungnya juga harus mengukur
kekuatan nama-nama yang sering masuk bursa capres dari non partai.
Mahfud MD dan Dahlan Iskan adalah nama yang sering
mendapat perhitungan dalam pilpres sekalipun datang dari non partai. Baik
Mahfud dan Dahlan sepertinya juga melakukan manuver bagi para capres parpol. Seringnya
mereka mengadakan workshop, seminar, bedah buku yang dilakukan dilingkungan
kampus juga berindikasi bahwa keduanya juga melakukan pendekatan pemilih
pemula, terutama dari kalangan “pemilih cerdas”. Parpol juga harus sebisa
mungkin menggunakan mesin seperti organisasi kepemudaan sayap partai yang
terdapat di parpol tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar