Rabu, 15 Mei 2013

Pemilih Pemula dalam Bidikan Parpol dan Capres



Oleh Ali Topan DS

Menjelang pemilihan umum legislatif dan eksekutif pada 2014 nanti, partai politik sudah disibukkan dengan strategi guna memenangkan partai serta calon presiden yang diusung dari partainya. Berbagai media cetak dan elektronik memberitakan beberapa partai telah melakukan konsolidasi guna mendulang suara. Aksi nyata dengan melakukan kunjungan dan memberikan bantuan tertentu menjadi strategi partai dan capres dalam mendapatkan simpati masyarakat.

Beberapa lembaga survei telah melakukan survei terhadap tingkat elektabilitas parpol dan capres. Informasi dari hasil survei tersebut menjadi poin tersendiri bagi partai untuk melakukan pembenahan internal dan eksternal. Partai dengan tingkat keterpilihannya terbawah akan gupuh untuk melakukan strategi merekrut pemilih. Demikian juga dengan kandidat-kandidat capres yang disibukkan dengan upaya meningkatkan elektabilitasnya.

Pada posisi seperti ini, banyak parpol dan capres yang membidik pemilih pemula dalam pemilu nanti. Hal ini terlihat dari munculnya organisasi pemuda sayap partai seperti Liga Mahasiswa di Nasdem, Satuan Pelajar Mahasiswa Hanura (sapma Hanura), Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta masih banyak lagi ormas pemuda yang menjadi “antek” parpol. Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2014, sebagai mana dinyatakan Central for Election and Political Party diperkirakan mencapai 50 juta orang pemilih. Dengan jumlah yang cukup banyak ini, pemilih pemula menjadi sasaran dan target parpol dan capres.

Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil survei dari kalangan pemilih pemula. Survei tersebut melibatkan 1230 responden. Dari survei tersebut, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menempati urutan pertama sebagai partai terfavorit dikalangan pemilih pemula dengan (19,5 persen). Golkar (19,3 persen) dan Hanura (12,8 persen) menyusul masing-masing di peringkat dua dan tiga. Partai Demokrat sebagai penguasa secara mengejutkan terdampar di peringkat enam dengan 4,6 persen. Hasil survei tersebut juga menyatakan bahwa pemilih pemula tidak tertarik dengan partai berbasis Islam. Alasannya, partai Islam adalah partai yang tidak pro terhadap perubahan.

Selain partai, LSN juga mengukur tingkat keterpilihan capres dari kalangan pemilih pemula. Secara mengejutkan, Abu Rizal Bakri, calon presiden yang diusung Partai Golkar bertengger diurutan pertama dengan 18,6 persen. Menyusul diperingkat kedua, Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto dengan 16,4 persen. Nama-nama politisi dari partai Islam yang sering masuk bursa capres seperti Suryadarma Ali, Muhaimin Iskandar dan Anis Matta lagi-lagi tak dapat menembus urutan tiga besar.

Ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan parpol serta capres yang diusungnya. Kemelut dan kisruh Daftar Caleg Sementara (DCS) yang hampir terdapat disemua parpol harus segera diselesaikan. Semakin dekatnya pemilu, parpol harus menghindari konflik-konflik internal agar terjaganya basis massa. Parpol dan capres yang diusungnya juga harus mengukur kekuatan nama-nama yang sering masuk bursa capres dari non partai.

Mahfud MD dan Dahlan Iskan adalah nama yang sering mendapat perhitungan dalam pilpres sekalipun datang dari non partai. Baik Mahfud dan Dahlan sepertinya juga melakukan manuver bagi para capres parpol. Seringnya mereka mengadakan workshop, seminar, bedah buku yang dilakukan dilingkungan kampus juga berindikasi bahwa keduanya juga melakukan pendekatan pemilih pemula, terutama dari kalangan “pemilih cerdas”. Parpol juga harus sebisa mungkin menggunakan mesin seperti organisasi kepemudaan sayap partai yang terdapat di parpol tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar