Oleh: Ali Thaufan DS
Saya –selanjutnya penulis-
mengira bahwa salah satu yang menjadi daya tarik orang melaksanakan salat Idul
Fitri di Masjid Istiqlal adalah karena presiden Indonesia juga melaksanakan di
masjid tersebut. Tetapi pada salat Idul Fitri kali ini –1 Syawwal 1436 H/17
Juni 2015 M- presiden Joko Widodo justru berlebaran atau salat Idul Fitri di
Aceh. Ini menyisakan pertanyaan, kenapa presiden memilih berlebaran di Aceh? Dan,
tentu saja istana kepresidenan merasakan bedanya lebaran kali ini dengan yang
sebelumnya. Istana presiden tak sesibuk menggelar acara selepas salat Idul
Fitri. Lebaran presiden Jokowi di tanah Aceh bukan begitu saja diputuskan, ada
makna dalam yang bisa digali.
Tulisan tentang lebaran presiden
Jokowi di Aceh ini berangkat dari hasil diskusi penulis dengan Dr. M. Amin
Nurdin –senior di Himpunan Mahasiswa Islam yang penulis hormati- pada Idul
Fitri kali ini. Sumber-sumber penting serta analisis, penulis dapatkan pada
diskusi ringan tersebut. Termasuk juga buku berjudul “Kalla dan Perdamaian Aceh”
yang terdapat di rak buku, dan sempat penulis buka walau hanya beberapa
halaman.
Aceh, sebuah wilayah provinsi
paling barat Indonesia dikenal dengan sebutan “Serambi Mekkah”. Sebuah sebutan
yang merujuk pada nama kota Mekkah yang identik dengan Islam –karena merupakan
kiblat umat Islam. Para penulis sepakat bahwa sebutan tersebut dikarenakan
bahwa Aceh adalah pintu masuk penyebaran Islam di Indonesia –sebagian sejarawan
menyebut pada abad 15 M. Peter Riddell menulis, seperti dikutip Fachry Ali
bahwa sebutan Serambi Mekkah bukan sebutan yang “main-main” bagi masyarakat
Aceh. Orang-orang Melayu yang mendominasi Aceh ingin mewarnai dunia Islam. Sebutan
Serambi Mekkah juga karena banyaknya ulama-ulama Islam Indonesia yang lahir di
Aceh, dan sejak dahulu sudah sangat maju pendidikan Islam. Itulah sebabnya
hingga saat ini Aceh dikenal punya nuansa keislaman yang kental.
Tetapi, Aceh yang menjadi tanah
kelahiran pahlawan Malayati tidak saja dikenal dengan Serambi Mekkah, tetapi
juga Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Gerakan “anti-NKRI” tersebut telah memicu
konflik berkepanjangan. Sejak rezim Orde Baru hingga Reformasi 1998, berbagai
upaya dilakukan guna mendamaikan antara GAM dan NKRI. Cita-cita kedamaian
tersebut akhirnya tercapai pada masa presiden Susilo Bambang Yodhoyono dan
wakil presiden Jusuf Kalla. Dan, banyak kalangan beranggapan bahwa sosok
diantara keduanya yang paling berperan tercapainya kesepakatan damai adalah
Jusuf Kalla –yang juga wakil presiden saat ini.
Keputusan presiden Jokowi
berlebaran di Tanah Rencong Aceh paling tidak dapat dipahami sebagai upaya
penghormatan Jokowi pada Serambi Mekkah tersebut. Jokowi memilih Aceh karena,
seperti disebutkan di atas, Aceh punya ciri khas keislaman yang kental. Bahkan,
di Aceh hukum Islam coba diterapkan. Aceh memiliki hukum regional Undang-Undang,
yaitu Qanun antara lain: Qanun N0. 12 Tahun 2003 tentang Khamar dan sejenisnya;
Qanun No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir; serta Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang
Khalwat.
Berlebaran di Aceh yang dipilih
Jokowi juga menunjukkan adanya upaya “tak mau kalah” dengan Kalla, sang wakil
presiden. Seperti disebutkan di atas, Jusuf Kalla disebut-sebut sebagai orang
yang berhasil membuat perdamaian di Aceh. Jusuf Kalla juga dianggap sebagai orang
yang punya kepedulian tinggi saat bencana Tsunami Aceh. Saat itu ia membuat
langkah taktis mengatasi bencana dahsyat tersebut. Dengan berlebaran Idul
Fitri, Jokowi menyiratkan pesan bahwa ia punya kepedulian terhadap Aceh, ingin
melebihi kepedulian Jusuf Kalla.
Paling tidak inilah ikhtiar penulis
membaca political meaning Idul Fitri presiden joko widodo di tanah Aceh.
Ada makna yang dalam dari kehadiran presiden di Aceh pada Idul Fitri kali ini. Dari
sudut pandang agama, ini dapat berarti penghormatan presiden pada Serambi
Mekkah. Sedang dari sudut pandang politis, presiden Jokowi ingin menunjukkan
bahwa ia tak kalah dengan Kalla (baca: Jusuf Kalla) dalam hal perhatian
terhadap Aceh. Disamping itu juga, Aceh yang masih rentan konflik tentu bisa
menjadi alasan mengapa presiden harus ber-Idul Fitri di Tanah Rencong tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar