Oleh: Ali
Thaufan DS
Kongres ke-IV
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Bali pada April 2015
menyisahkan beribu pertanyaan. Tema kongres “Aku Melihat Indonesia” telah
mengantarkan Megawati Sukarnoputri kembali menduduki kursi ketua umum. Seperti diprediksi
para pengamat politik, Mega akan kembali dikukuhkan sebagai ketua umum
mengingat sosoknya yang dianggap sentral di partai berlambang kepala banteng
tersebut. Tulisan ini hadir dari pembacaan media atas kongres ke-IV PDIP. Beberapa
kejadian mengagetkan terjadi pada kongres tersebut yang tidak mungkin
tertutupi, media merekamnya.
Salah satu hal
yang menjadi sorotan pada saat kongres adalah pidato sang ketua umum, Megawati.
Dalam pidatonya, ia tegas mengatakan bahwa kader partai yang berada di
pemerintahan adalah petugas partai. Mega bahkan mempersilahkan kader partainya
yang tidak mau dianggap sebagai petugas partai untuk keluar. Ini ia nyatakan
dengan tegas. Interpretasi dari pernyataan Mega adalah bahwa para kader yang
duduk di kursi pemerintahan dan legislatif, selain menjadi wakil rakyat dan abdi
rakyat, juga menjadi petugas partai. Implikasi dari pernyataan tersebut
menyiratkan pesan bahwa partai punya kendali kuat kepada kader yang menduduki
jabatan publik. Tentu ini sangat disayangkan. Sejatinya, pejabat publik dan
wakil rakyat, bukan saja “milik” partai politik, tetapi juga milik rakyat
banyak, seluruh Indonesia.
Selanjutnya yang
menjadi sorotan penulis adalah kehadiran presiden RI, Joko Widodo yang juga
kader PDIP. Sebagai presiden dan kader partai, secara mengejutkan Jokowi tidak
diberi panggung untuk menyampaikan sepatah atau dua patah kata sambutan. Oleh kebanyakan
pengamat politik, hal ini dianggap sebagai bentuk “penghinaan” terhadap sosok
presiden. Sepatutnya, seorang presiden yang menghadiri acara seperti kepartaian
mendapat porsi istimewa untuk menyampaikan sambutan, pidatonya. Karena tidak
dipersilahkannya Jokowi memberi sambutan, muncul spekulasi adanya hubungan yang
tidak harmonis antara ketua umum PDIP Megawati dengan Jokowi –kader dan
sekaligus presiden RI.
Satu hal lagi
yang menjadi sorotan penulis adalah komposisi dan wajah kepengurusan baru PDIP kedepan,
2015-2020. Pada kepengurusan periode yang akan datang, sejumlah nama “beken” yang
menjadi icon tokoh politik PDIP “tersingkir” dari kepengurusan. Mereka yang
tidak masuk namanya sebagai pengurus antara lain: Maruarar Sirait, Rieke Diyah
Pitaloka, Eva Kusuma Sundari dan Pramono Anung. Padahal, keempat nama tersebut
mempunyai sumbangsih besar bagi PDIP, terutama pada saat pemenangan pemilihan
presiden 2014 lalu. Selain itu, ketika putri Megawati, Puan Maharani tidak
sanggup melakukan komunikasi politik atas perseteruan koalisi merah putih (KMP)
dan koalisi Indonesia hebat (KIH), Pramono Anung lah yang mampu menjembatani
dan menjalin komunikasi politik beberapa waktu lalu. Ini membuktikan kepiawaian
politik seorang Pramono. Tetapi, secara mengejutkan ia tidak lagi masuk jajaran
pengurus PDIP periode kedepan. Ada apa ini semua?
Menurut dugaan
sementara penulis, pernyataan Mega yang menegaskan bahwa kader PDIP adalah
petugas partai yang akan selalu tunduk pada perintah partai –atau katakanlah
perintah ketua umum- merupakan penegasan kuasa Mega dalam pemerintahan
sekarang. Memang terkesan “arogan”. Mega yang mendapat tekanan pada saat orde
baru kini dapat dengan leluasa menggunakan kuasanya ketika memegang tapuk
kekuasaan. Pada saat bersamaan, ini justru dapat menjadi “blunder” bagi PDIP. Harus
diakui, bahwa kemenangan PDIP saat pemilu lalu juga atas citra Jokowi yang kala
itu menjadi “priomadona media”.
Selanjutnya, tidak
masuknya nama-nama “beken” di atas, bagi penulis menyiratkan pesan bahwa Mega tidak
ingin tergantikan. Tetapi dengan tidak masuknya nama-nama politisi senior PDIP
seperti tersebut di atas, sekaligus dapat memberi kesempatan bagi kader muda
PDIP untuk berkiprah di dalam kepengurusan. Anak-anak muda kader PDIP mendapat
porsi untuk membangun partai memenangkan pemilihan umum yang akan datang. Namun
demikian, mereka tidak bisa “ditinggalkan” begitu saja. Perlu ada perlakuan
istimewa bagi mereka para kader yang telah berjibaku memenangkan PDIP saat
pemilu lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar