Oleh: Ali Thaufan Dwi Saputra (Alumni
Pascasarjana UIN Jakarta)
Pemilihan Kepala Daerah serentak 2018
diwarnai dengan jenderal berbintang aktif dari Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Kehadiran mereka di panggung Pilkada
menjadi ujian tersendiri terhadap netralitas TNI-Polri. Garis komando yang
menjadi ciri khas mereka menjadi tantangan bagi calon kandidat lainnya.
Kehadiran para jenderal yang menumpang partai politik menjadi tanda tanya
besar: apakah selama ini parpol tidak melakukan kaderisasi sehingga melirik perwira
aktif TNI maupun Polri?
Undang-undang yang berlaku di Indonesia
melarang keras keterlibatan TNI-Polri dalam politik praktis. Dalam UU No. 2
tahun 2002 tentang Kepolisian RI, menyebutkan bahwa anggota Polri bisa
menduduki jabatan sipil setelah pensiun atau mengundurkan diri dari Kepolisian.
Ini sebagaimana termaktub pada pasal 28 ayat (3). Hal yang sama juga diatur
dalam UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI. Pasal 47 tegas mengatur bahwa prajurit
TNI baru bisa menduduki jabatan sipil setelah pensiun atau mengundurkan diri. Penegasan
lain diatur dalam UU No. 10 tahun 2016 tentang Pilkada, yang menyatakan bahwa
anggota TNI-Polri harus mundur dari kesatuannya jika mencalonkan diri sejak
ditetapkan sebagai calon.
Dalam pencalonan Pilkada 2018, tercatat
beberapa jenderal Polisi mencalonkan dibeberapa provinsi antara lain: Anton
Charliyan (Kapolda Jawa Barat), Safaruddin (Kapolda Kalimantan Timur), Murad
Ismail (Kepala Korps Brimob), Paulus Waterpauw (Kapolda Sumatera Utara), Edi
Rahmayadi (Panglima Kostrad).
Pencalonan para jenderal ini memunculkan
berbagai kekhawatiran. Misalnya saja, ketika yang bersangkutan sebagai calon
kepala daerah, lalau melakukan pelanggaran dan dilaporkan ke Kepolisian, maka
besar kemungkinan laporan tersebut sulit atau bahkan tidak diproses karena tidak
mungkin menghakimi anggota satu korps. Sutrisno (2016) dalam bukunya berjudul
Sosiologi Kepolisian menyebutkan bahwa sifat anggota kepolisian adalah imun. Meraka memiliki jiwa korsa yang
kuat dalam melindungi anggota sesama korpsnya.
Dalam UU Pilkada memang diatur
keberadaan Gakkumdu (penegakan hukum terpadu) di Pilkada yang diisi unsur
Kepolisian, Kejaksaan dan Bawaslu. Dapat dibayangkan jika calon yang melanggar
aturan Pilkada adalah “alumni” Polisi, tentu tidak mudah menghakimi mereka.
Jika ditelisik dari tahun angkatan para
perwira Polisi yang mencalonkan di Pilkada, umumnya mereka di atas angkatan
Kapolri Tito Karnavian. Pencalonan mereka bisa saja sebagai bentuk
keputus-asaan karena tidak ada lagi kesempatan berkarir lebih tinggi di Mabes
Polri, dengan kata lain: peluang menjadi Kapolri sudah tertutup. Atau, bisa
saja mereka tidak lagi mau dipimpin oleh “juniornya” di Korps Bayangkara
sehingga pilihan lain adalah berkarir di politik praktis.
Pencalonan perwira TNI-Polri di Pilkada
2018 ini mendapat kritik karena menunjukkan ketidakmampuan parpol dalam
mengusung kader. Parpol disatu sisi memang mempunyai fungsi rekrutmen politik
sebagai calon kepala daerah, anggota legislatif hingga presiden. Namun di sisi
lain, parpol juga bertanggung jawab atas kewajiban melakukan pengkaderan.
Dengan kondisi parpol yang banyak merekrut calon non kader parpol termasuk
TNI-Polri, ini berarti fungsi kaderisasi yang dilakukan parpol tidak sepenuhnya
berhasil.
Perekrutan calon kepala daerah non kader
parpol ini sejatinya bisa memicu konflik internal parpol. Akan ada kecemburuan
diantara kader yang telah melalui proses pengkaderan yang cukup lama. Ignas
Klenden (2009: 37) menyebut salah satu penyebab konflik internal parpol adalah
kebijakan parpol dalam rekrutmen kader secara instans (mengandalkan
popularitas) dan mengabaikan kader-kadernya sendiri.
Meski pemilihan kader non partai untuk
maju dalam Pilkada dilakukan secara demokratis di dalam parpol, namun hal
tersebut bukan budaya baik jika dibiarkan. Parpol harus kembali pada spirit
pengkaderan.
The Evolution Gaming Casinos - Lucky Club
BalasHapusEvolution Gaming are luckyclub.live one of the leading providers of Evolution Gaming software. It has a long history of producing top-notch gambling experiences with its Rating: 92% · 3 votes