Oleh: Ali Thaufan DS
Dalam lirik lagu berjudul “cemburu” karya Dewa, mengisahkan
keinginan orang untuk membunuh karena faktor cemburu. Cemburu itu menguras
hati. Mungkin, salah satu hal yang menyakitkan bagi seseorang yang menjalin
cinta. Karena cemburu, seseorang bisa melakukan tindakan abnormal. Seperti: memberikan
ancaman bagi obyek yang membuat cemburu; pertikaian; atau bahkan pembunuhan. Ya,
mungkin terdengar lucu, seram dan bahkan mustahil. Tetapi semua itu tidak bisa
dikatakan mustahil karena fakta mencatat hal tersebut. Tulisan sederhana ini
ingin menyoroti dua kejadian pembunuhan akibat cemburu yang dilakukan oleh seorang
remaja. Seperti diketahui, belakangan ini media ramai membincang peristiwa
membunuhan gadis bernama Ade Sara dan Mia Nuraeny yang menemui ajalnya ditangan
mantan pacar.
Lebih dari sepekan lalu (tepatnya 5 Maret 2014) sesosok mayat
perempuan di temukan di pinggir jalan tol oleh petugas derek. Setelah diidentifikasi,
diketahui mayat gadis itu bernama Ade Sara Angelina Suroto. Mahasiswi perguruan
tingga swasta di Jakarta tersebut berumur 19 tahun. polisi bertindak cepat dan
akhirnya menemukan pembunuh gadis malang tersebut. Adalah Hafit dan Assyifa,
dua sepasang kekasih yang telah membunuh Ade. Sepekan selanjutnya, Mia Nuraeny,
gadis berumur 14 tahun menjadi korban pembunuhan oleh segerombolan orang pada
13 Maret 2014 di kawasan Cilandak. Hasil pemeriksaan terhadap pelaku, diketahui
bahwa satu dari gerombolan yang menghabisi Mia adalah mantan pacarnya. Setelah
periksaan, diketahui motif kedua pembunuhan di atas adalah karena cemburu. Barangkali,
dua kasus di atas adalah sedikit dari kasus serupa yang terjadi.
Pembunuhan ini menyita perhatian pengamat, baik pengamat
pendidikan, psikologi atau generasi muda. Prilaku Hafit dan Assyifa yang seolah
tak bersalah menyiratkan pesan bahwa mereka mengidap penyakit psikopat. Sebagian
lainnya menuding mereka berdua gila. Dari kaca mata kehidupan anak muda,
prilaku pembunuhan atas motif cemburu ini seakan melengkapi kasus-kasus pembunuhan
lainnya seperti: aksi tawuran, balap liar geng motor dan narkoba.
Kasus di atas merupakan tren cemburu model sekarang. Jika
dalam roman-roman percintaan klasik, seseorang yang sedang cemburu kerap
mengurung diri meratapi kesedihan, maka itu tidak berlaku di era sekarang. Seorang
dengan ringan tangan tega membunuh orang lain karena faktor cemburu. Cemburu yang
menjadi bumbu-bumbu percintaan kini menjadi hantu menakutkan yang dapat saja
mencabut nyawa seseorang. Seharusnya hal yang berujung maut ini dapat dihindari
jika masing-masing yang bersangkutan sadar diri.
Kejadian memilukan pembunuhan di atas menjadi warning
bagi setiap orang tua agar terus memberikan pendidikan moral dengan baik pada
anaknya. Orang tua harus mengawasi tindak-tanduk sang anak. Meski anak
menginjak dewasa, pengawasan terhadapnya tetap sebagai kewajiban. Penyelenggara
pendidikan juga perlu mencermati kasus ini. Hal-hal yang berkaitan dengan norma
prilaku menjadi pelajaran penting di sekolah. Oleh sebab itu, menanaman nilai
dan norma harus dilakukan secara mendalam. Bagi para remaja, kasus pembunuhan
ini menjadi pelajaran berharga agar sedapat mungkin mengontrol emosi dan “darah
muda” mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar