Oleh
Ali Topan DS
Silaturahmi
telah menjadi tradisi serta ciri khas setelah lebaran, Hari Raya Idul Fitri.
Saling maaf-maafan menjadi identitas dalam silaturahmi tersebut. Hal ini
dikuatkan dengan pihak-pihak yang bersilaturahmi dengan ucapan “Mohon maaf
lahir batin”. Ucapan dan doa tersebut sepertinya sebagai pelengkap saat manusia
kembali fitrah setelah menjalankan
ibadah puasa Ramdhan.
Para
elit politik yang akan bertarung dalam pemilu presiden pun tidak ketinggalan.
Mereka saling bertemu, bersalam-salaman, bercengkerama dan bertukar pikiran.
Pada saat tersebut, tidak jarang politisi sekaligus melakukan konsolidasi
dengan kemasan silaturahmi. Tentu saja hal tersebut sah dilakukan, mengingat
momentum Idul Fitri dipersepsikan kebanyakan orang sebagai momen untuk
menguatkan tali silaturahmi.
Partai
Golongan Karya (Golkar) menyelenggarakan silaturahmi kebangsaan. Gelaran
silaturahmi bertajuk “Silaturahmi Idul Fitri 1434 dan Silaturahmi Kebangsaan”
tersebut menghadirkan para ketua umum partai politik. Acara tersebut juga
dihadiri Presiden SBY yang juga sekaligus ketua umum Partai Demokrat. Acara
silaturahmi seperti ini bisa dibilang jarang ditemui. Umumnya, para ketua umum
partai menggelar open house bagi tamu
baik dari parpolnya atau non parpolnya.
Hal
yang cukup menyedot perhatian pada acara tersebut adalah masing-masing ketua
umum partai memberikan sambutannya. Mereka secara umum menyampaikan apresiasi
atas inisiatif partai Golkar yang mengadakan acara tersebut. Tak pelak, senda
gurau pun disampaikan mereka pada saat sambutan. Aburizal Bakrie (ketum Golkar)
berkali-kali menyindir Partai Demokrat bahwa ia siap jika Demokrat bersanding
dengannya. Ia mengambil perumpamaan pasangan tenis, ada tunggal, ganda dan
campuran. Gurauan tersebut sontak membuat hadirin tertawa. Aburizal kemudian
menutup sambutannya dengan petikan pantun
Sambutan
lainnya dari Presiden PKS Anis Matta. Bergaya bicara rileks, Anis memuji ide
Golkar yang mengadakan acara silaturahmi tersebut. Menurutnya acara seperti ini
adalah bagian melestarikan tradisi kemajemukan. Selain itu, keadaan atau
situasi politik menjadi lebih “asyik”. Lebih lanjut, bagi Anis, acara ini akan
mengubah persepsi politik dari danger
game ke atractive game. Selain
itu, Anis menceritakan perbincangannya dengan Fahri Hamza (Politisi PKS), bahwa
pengalaman Golkar yang berkuasa lebih 30 tahun membuatnya pantas untuk berkuasa
lagi.
Sambutan
yang tak kalah meriah juga disampaikan Wiranto. Mantan Kader Golkar tersebut
mengawali sambutan dengan pantun. Ia bercerita bahwa rela bermacet-macetan
untuk menghadiri acara silaturahmi demi bertemu sahabat sejati. Tentu saja
sahabat sejati yang dimaksud adalah kader-kader partai Golkar. Pada sambutannya
tersebut, Wiranto menyinggung Konvensi yang di gelar partai Demokrat. Ia
mengatakan seandainya ia ditawari ikut konvensi, ia akan menolak karena sudah
punya pasangan (Hari Tanoe). Namun ia tidak keberatan jika dijadikan advisor (penasehat). Ia merasa punya
pengalaman saat mengikuti konvensi partai Golkar beberapa tahun lalu.
Acara silaturahmi kebangsaan yang digagas partai
Golkar tersebut tentu saja memiliki nilai-nilai positif. Berpijak dari momentum
Idul Fitri, partai Golkar berupaya untuk mempererat komunikasi politik antar
parpol. Meski demikian, hal-hal yang bersentuhan dengan kepentingan politik
praktis tidak dapat dinafikan.