Oleh: Ali Thaufan DS
Sejak deklarasi calon presiden dan wakil presiden, baik pasangan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-Jusuf Kalla, dukungan kepada keduanya terus
mengalir. Mulai dari ormas, LSM, komunitas tertentu hingga “segerombolan”
manusia yang membentuk relawan capres. Pada pilpres 2014 kali ini, hanya ada
dua pasangan calon. Sehingga presentase jumlah dukungan kelompok tertentu berbeda
dengan pilpres sebelumnya.
Tulisan sederhana ini adalah buah dari pembacaan berita, catatan penulis
dan analisa terhadap dukungan yang diberikan kepada capres-cawapres. Pada tulisan
ini penulis mencermati dan memetakan kategori dukungan terhadap capres-cawapres
mulai dari parpol pengusung, ormas, LSM, relawan “musiman”, tokoh politik,
purnawirawan TNI-Polri, serta artis/seniman. Tentu saja, bukan tanpa alasan
bagi penulis untuk sekedar membuat “coretan” ini. Setidaknya, tulisan ini
menggambarkan peta kekuatan capres-cawapres. Dan, lebih dari itu, penulis ingin
menyalurkan “energi positif” (meminjam istilah Anas Urbaningrum) pada masa
kampanye pilpres. Seperti diketahui, banyak orang tidak bertanggung jawab,
hanya menghujat para capres-cawapres. Hujatan-hujatan itu hanya membawa dampak
negatif bagi berlangsungnya proses sehat dalam demokrasi.
Pasca pemilihan calon anggota legislatif, peta pencapresan mengurucut dan
berakhir pada Prabowo dan Jokowi. Prabowo kemudian mendapat dukungan dari: Gerindra, PAN, PPP,
PKS, Golkar, PBB. Sedangkan Joko mendapat dukungan dari: PDIP, Hanura, Nasdem, PNA
Partai Nasional Aceh, PKB, PKPI. Namun demikian, ada beberapa elit partai
yang berbeda pandangan dalam penentuan pilihan mereka. Sebagai contoh,
keputusan partai Golkar yang menjatuhkan koalisi mereka kepada Prabowo, tetapi
tidak semua elit partai sejalan dengan keputusan partai.
Terhitung sejak deklarasi kedua pasangan capres-cawapres hingga saat ini
(18 Maret 2014), penulis mengamati grafik dukungan ormas terhadap keduanya. Dalam
catatan penulis, dari berbagai sumber media online, dukungan terhadap keduanya
mengalami peningkatan. Pasangan Prabowo-Hatta mendapat 52 dukungan ormas. Sedangkan
Jokowi-JK mendapat 22 dukungan ormas. Dukungan keduanya datang dari ormas tinggat
pusat hingga tingkat daerah, atau ormas primordial. Tentu saja data penulis
sangat mungkin berbeda dengan penulis lainnya, tergantung pada sumber media.
Sementara itu dukungan dari berbagai macam LSM kepada kedua pasangan
capres-cawapres juga terus mengalir. Dalam catatan penulis, dalam kategori
dukungan LSM, Prabowo-Hatta mendapat dukungan 12 LSM. Sedangkan Jokowi-JK
mendapat 5 LSM. Sama seperti dukungan yang datang dari ormas, dukungan LSM ini
mengalir dari tingkat pusat hingga daerah.
Fenomena pencapresan ini juga mengundang fanatisme masyarakat. Setidaknya hal
ini dapat dibuktikan dari banyaknya relawan kedua pasangan. Prabowo-Hatta
melahirkan 21 komunitas tertentu atau relawan. Sedangkan Jokowi-JK melahirkan
19 komunitas tertentu atau relawan. Relawan ini didirikan oleh beberapa tokoh
nasional, ormas, dan sukarela masyarakat.
Untuk kategori dukungan tokoh politik baik pasangan Prabowo-Hatta dan
Jokowi-JK mengantongi nama-nama yang tak asing lagi. Sederet nama seperti Mahfud MD, Fadli Zon,
Ahmad Yani (PPP), Amin Rais, Anis Matta, Abu Rizal Bakrie, Marzuki Ali, Tantowi
Yahya, Nurul Arifin, Marwah Daud Ibrahim menghiasi deretan tokoh politik di
belakang Prabowo-Hatta. Dalam catatan penulis, Prabowo mengantongi 21 nama
tokoh politik kelas nasional. Pun demikian dengan kubu Jokowi-JK. Penulis mencatan
ada 19 potilisi “top” yang siap memenangkan pasangan ini, diantaranya adalah: Anies Baswedan, Hasyim Muzadi, Khofifah Indar
Parawansa, Akbar Faizal, Indra J Piliang. Nama-nama di atas belum
termasuk deretan petinggi partai secara keseluruhan.
Hal yang bisa dibilang paling “hot” dalam membincang pilpres adalah
dukungan para purnawirawan TNI-Polri. Kedua pasangan mendapat dukungan dari
Jenderal (purn) baik TNI-Polri. Pasangan Prabowo-Hatta didukung 37 Jenderal (Purn)
TNI-Polri, diantaranya: Djoko Santoso, mantan Panglima TNI; Widodo AS, mantan Panglima
TNI; dan Farouk Muhammad Syechbubakar, mantan Kapolda NTB. Sedangkan Jokowi-JK
mendapat 35 Jenderal, antara lain: mantan Panglima ABRI/Menhan Jenderal TNI
Purnawirawan Wiranto; mantan Kepala BIN Jenderal TNI Purnawirawan AM
Hendropriyono; dan mantan Dankodilat TNI AD Jenderal TNI Purnawirawan Luhut
Pandjaitan. Dukungan para Jenderal inilah yang kemudian kerap dikait-kaitkan
dengan isu tidak netralnya TNI-Polri aktif.
Nama-nama artis atau seniman pun tak ketinggalan meramaikan kontes pilpres
kali ini. Dengan modal popularitas dan banyak penggemar, artis diyakini dapat
mendongkrak elektabilitas capres. Prabowo, dalam catatan penulis didukung 35
artis. Sedangkan Jokowi didukung 57 artis. Barisan artis ini sudah termasuk
dalam kategori artis yang juga politisi. Sebagai bentuk loyalitas para
pendukung dari kalangan artis, mereka kemudian membuat “lagu pendek” untuk
capres mereka masing-masing.
Dari pembacaan di atas, kesimpulan dari tulisan ini adalah: bahwa
masing-masing pasangan capres didukung dengan berbagai kekuatan. Kekuatan ini
tercermin dari tokoh-tokoh lintas profesi di kubu kedua pasangan capres. Lebih dari
sekedar “itung-itungan” pendukung, hal yang maha penting dari semua itu adalah
janji yang saat ini diobral para capres-cawapres. Akan sangat menyakitkan hati
konstituen jika janji capres hanya ditepati kepada para pendukung sebagaimana
penulis paparkan di atas. Perlu penulis sampaikan, bahwa angka pendukung di
atas akan sangat mungkin berbeda dengan peneliti atau penulis lainnya. Hal ini
yang menjadi saran penulis selanjutnya untuk membuat pemetaan secara lebih
utuh.