Pendahuluan
Komunikasi merupakan salah satu aktivitas manusia, namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi adalah bicara satu sama lain; ia bisa televisi; ia bisa penyebaran informasi; gaya hidup. Hal ini menjadi masalah bagi akademisi untuk menerapkan secara tepat istilah komunikasi dalam praktik kehidupan.[1] Komunikasi juga merupakan proses dimana individu –dalam berhubungan dengan orang lain, kelompok, organisasi atau masyarakat– merespon serta menciptakan pesan untuk berhubungan dengan lingkungan dan orang lain.[2]
Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan yang tergolong muda. Sekalipun pada sisi yang lain, sejarah perkembangan ilmu komunikasi sudah tua sejak masa Yunani dan baru dirumuskan dalam era modern sebagai ilmu baru sejak dekade PD II. Dewasa ini penelitian-penelitian komunikasi terus menerus dilakukan. Sejumlah jurnal ilmiah dalam bidang komunikasi terbit. Sejumlah karya ilmiah telah menjadi karya klasik dalam ilmu komunikasi seperti The People Choice, The Passing of Traditional Society, Mass Media and National Development, Personal Influence, Understanding Media, The Process and Effect of Communication, Public Opinion, dan sebagainya.
Demikian pula sejumlah figurnya seperti Paul F. Lazarfeld, Wilbur Schramm, Harold Lasswell, Walter Lippmann, Bernard Berelson, Carl Hovland, Elihu Katz, Daniel Lerner, David K. Berlo, Shannon, Mc Comb, George G. Gebner, dan sebagainya telah dikenal sebagai tokoh-tokoh dalam kajian ilmu komunikasi. Ilmu publistik (sebutan awal bagi ilmu komunikasi) lahir di Amerika, sedang perkembangannya di Eropa, khususnya Jerman.[3]
Selain tokoh-tokoh komunikasi barat, di Indonesia terdapat sejumlah figur penting dalam bidang Ilmu Komunikasi seperti M. Alwi Dahlan, Astrid Susanto Sunario, Andi Muis, Jalaludin Rahmat, Ashadi Siregar, Anwar Arifin, Hafid Changara, Dedy N. Hidayat, Marwah Daud Ibrahim, Onong Efendi Uchayana, dan sebagainya. Karya-karya mereka telah memberi warna bagi eksistensi kajian ilmu komunikasi di Indonesia.[4]
Namun, penulis berasumsi bahwa “komunikasi” sebagai aktivitas social telah ada sejak Adam (manusia pertama) diturunkan ke bumi. Karena waktu itu pula telah terjadi proses komunikasi. Namun keberadaan komunikasi sebagai sebuah disiplin keilmuan, baru muncul kemudian, sebagaimana yang penulis singgung di muka. Dalam tulisan ini, penulis ingin memaparkan ulasan tentang sejarah komunikasi, khususnya di Indonesia, serta perannya dalam pembangunan masyarakat demokratis.
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia
Kajian komunikasi sebagai sebuah kajian teoritis terus menerus dikembangkan. Para ahli terus menerus melakukan penelitian menguji teori hasil penelitian dalam bentuk-bentuk seminar-seminar. Di negara-negara maju tampak melalui sejumlah forum dan jurnal-jurnal yang diterbitkan.
Fenomena kajian komunikasi di Indonesia menunjukkan beberapa fenomena berikut. Di Indonesia, aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi dapat dilihat melalui kegiatan yang diadakan oleh kampus[5] atau lembaga pemerintahan lainnya. Bahkan tampak pula kemunculan lembaga baru humas yaitu Public Relation Society of Indonesia. Tampaknya institusi semacam ini yang terlihat melakukan aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi. Selain itu, ada juga kajian komunikasi melalui lembaga LSM seperti Media Watch seperti ISAI, LSPP, LKM, dan sebagainya.
Di Indonesia, ilmu komunikasi yang kita kaji sekarang merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Status ilmu komunikasi di Indonesia diperoleh melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 Tahun 1982. Keppres itu yang kemudian membawa penyeragaman nama dari ilmu yang dikembangkan di Indonesia, termasuk ilmu komunikasi. Sebelumnya dibeberapa universitas, terdapat beberapa nama yang berbeda, seperti di Universitas Padjadjaran Bandung dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang menggunakan nama Publisistik, serta Universitas Indonesia yang merubah nama Publisistik menjadi Ilmu Komunikasi Massa.
Kajian terhadap ilmu komunikasi sendiri dimulai dengan nama Publisistik dengan dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada pada tahun 1950, Akademi Penerangan pada tahun 1956, Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta pada tahun 1953, dan pada Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia pada tahun 1959. Nama Ilmu Komunikasi Massa dan Ilmu Komunikasi sendiri baru muncul dalam berbagai diskusi dan seminar pada awal tahun 1970-an.
Beberapa nama tokoh yang berjasa dalam mengembangkan ilmu komunikasi antara lain, Drs Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro dan Prof. Dr. Mustopo. Kemudian ditambah lagi pakar komunikasi Astrid S. Susanti dan Alwi Dahlan (keduanya dari luar negeri, Astrid dari Jerman dan Alwi dari Amerika).[6]
Media Komunikasi sebagai Perangkat Sosial di Indonesia
Memahami dan mendefinisikan komunikasi bukanlah perkara mudah. Banyak bermunculan pakar komunikasi mencoba mendefinisikan komunikasi dari berbagai perspektif atau sudut pandang mereka. Seseorang tidak akan pernah lepas dari kebutuhan berkomunikasi, baik dia sebagai birokrat, politisi, dokter, pengusaha, ulama dan berbagai profesi lainnya. Melalui proses komunikasi orang dapat saling mengenal, memahami dan menerima satu dengan yang lain. Maka betapa pentingnya komunikasi, sehingga orang tidak akan mampu berbuat tanpa komunikasi.[7]
Komunikasi sebagai sebuah disiplin keilmuan di Indonesia sangat menunjang proses bermasyarakat yang ada. Bentuk komunikasi yang paling berpengaruh sebagaimana dikemukakan oleh John Vivian adalah memalui media massa.[8] Di Indonesia sendiri, tampak bahwa media massa menjadi unsur penting bagi keberlangsungan sistem pemerintahan. Kerena statusnya sebagai control social. Media komunikasi berfungsi dan dipandang sebagai perekat sebuah kelompok tertentu yang menghasilkan identitas bersama; menyediakan sarana untuk menghasilkan pengetahuan; dan membuat orang kreatif.[9]
Dalam kehidupan sosial, interaksi masyarakat tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Sehingga komunikasi sangat membantu proses kelangsungan hidup seseorang. Varian komunikasi juga bermacam-macam sesuai dengan bidang yang digeluti seseorang, seperti komunikasi politik, ekonomi, bisnis, agama dsb. Dalam masyarakat demokratis komunikasi juga ikut andil besar. Dengan komunikasi keterbukaan diharapkan mampu mengawal sistem demokrasi negara ini.
Penutup
Dengan ditandai keputusan presiden pada tahun 1982 mengenai ilmu komunikasi, setidaknya membuka harapan baru bagi berkembangnya disiplin ilmu tersebut. Penerapan ilmu komunikasi juga tidak hanya diterapkan internal negara ini saja, melainkan dengan negara-negara lain. Hal ini dimaksud untuk menjalin kemitraan global untuk tercapainya cita-cita bersama. Sehingga komunikasi internasional manjadi sangat penting.
Dengan semakin matangnya sistem informasi yang ada di Indonesia, tentu akan memudahkan masyarakat dalam melakukan komunikasi. Negara telah menjamin kebebasan dan menetapkan hukum-hukum pers. Sehingga hal ini diharapkan mampu menjadi bagian dari komunikasi yang turut berperan dalam membangun masyarakat negeri ini. Sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia membutuhkan kawalan dari masyarakat. Media komunikasi menjadi bagian dari bentuk kawalan tersebut.
Daftar Pustaka
Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Dilla, Sumadi, Komunikasi Pembangunan, Pendekatan Terpadu, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007
Fiske, John, Cultural and Communication Studies, pent Yosal Iriantara-Idi Subandi Ibrahim, Yogyakarta: Jalasutra, 2004
Ishara, Luwi, Jurnalisme Dasar, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011
Mufid, Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009
Richard West-Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory: Analysis and Application, pent Maria Natalia Dimayati, Jakarta: Salemba Humanika, 2008
Tebba, Sudirman, Filsafat dan Etika Komunikasi, Ciputat: Pustaka Irvan, 2008
Vivian, John, The Media and Mass Communication, pent Tri Wibowo, Jakarta: Prenada Media Grup, 2008
http://marhaifa.wordpress.com/2009/03/15/sejarah-perkembangan-ilmu-komunikasi/. Diunduh pada 14 Oktober 2011
[1] John Fiske, Cultural and Communication Studies, pent Yosal Iriantara-Idi Subandi Ibrahim, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004) hlm 13
[2] Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009). Hlm 56
[3] Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006). Hlm 3
[4]http://marhaifa.wordpress.com/2009/03/15/sejarah-perkembangan-ilmu-komunikasi/. Diunduh pada 14 Oktober 2011
[5] Aktivitas tersebut ditandai dengan adanya acara-acara seminar, diskusi terbuka atau bahkan workshop. Selain itu juga muncul organisasi persatuan mahasiswa ilmu komunikasi seluruh Indonesia.
[6] Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Hlm 1
[7] Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan, Pendekatan Terpadu, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007). Hlm 16
[8] John Vivian, The Media and Mass Communication, pent Tri Wibowo, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2008). Hlm 448
[9] Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi, (Ciputat: Pustaka Irvan, 2008). Hlm 121