Rabu, 26 Desember 2012

Hewan, Tanaman dan Arti Kehidupan


Beberapa hari kemarin, saya berjalan di depan Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya mendapati menara tempat berlatih panjat tebing. Di menara tersebut ada berbagai banyak tulisan. Namun satu tulisan yang membuat saya sentak terharu, saya tidak hafal betul tulisan atau slogan tersebut. “Seandainya ikan dan tanaman sudah habis, maka manusia akan sadar bahwa uang tidak bisa dimakan”, kira-kira demikian. Barangkali apa yang saya tuangkan dalam tulisan ini berbeda dengan pendapat anda saat membaca dan memahami tulisan –slogan- di atas. Saya memahami betapa tulisan tersebut mengajak siapa saja yang membacanya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, menjaga hewan dan tumbuhan.

Dalam kehidupan ini, manusia sangat mengantungkan hidupnya pada hewan dan tumbuhan. Apa yang dikonsumsi manusia selalu mengandung unsur hewan dan tumbuhan. Manusia memakan daging sapi, kambing, kelinci atau bahkan babi, semua itu berasal dari hewan. Manusia memakan berbagai macam sayur, semua itu berasal dari tumbuh-tumbuhan. Berarti manusia tidak dapat dipisahkan dari keduanya, hewan dan tumbuhan.

Dalam kehidupan ini juga, banyak sekali pemelihara tumbuhan/tanaman. Merawat bunga misalnya, banyak sekali orang yang memiliki hobi ini. Bahkan, karena terlanjur suka, berapapun harga bunga atau tanaman tersebut akan ia bayar. Para pemelihara dan pecinta bunga beralasan bahwa bunga merupakan simbol keindahan. Maka tidak mengherankan jika ada seorang laki-laki yang memberi pacar atau istrinya bunga sebagai ungkapan kasih sayang penuh keindahan.

Demikian juga dengan hewan, kita mendapati banyak orang yang memelihara hewan. Hewan peliharaan itu tidak sekedar dipelihara karena kelak dapat dikonsumsi, melainkan dapat menjaga atau bahkan sebagai hewan kecintaan pemeliharanya. Ada yang memelihara burung karena kicauannya yang menghibur si pemelihara. Demikian juga anjing. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa ia hewan yang najis, tetapi ada pula yang beranggapan ia lucu, sehingga banyak yang memelihara anjing.

Sebuah pengalaman, saat saya berkungjung ke rumah teman yang memelihara anjing. Teman saya bertanya, “Kamu kan kuliahnya ambil jurusan pengetahuan Islam, Tafsir-Hadis, jadi tahu dong hukum memelihara anjing menurut Islam”. Saya menjawab, “Kamu kan selama ini sudah pelihara anjing ini, berarti tahu dong hukumnya”. Teman saya terdiam. Lalu saya menjelaskan lagi. “Menurutku, hukum memelihara anjing itu sah-sah saja. Yang najis itukan air liurnya bukan anjingnya. Lagi pula, kalau kamu bawa anjing ke salon, ongkos salonnya lebih mahal dari pada pacar kamu kalau ke salon. Anjingnya betul-betul dibersihkan. Betul tidak?”. “ Nabi Muhammad juga pernah bersabda, ketika seorang wanita pelacur memberi air minum pada anjing yang kehausan, surga jaminannya”, lanjut saya. Teman saya hanya senyum dan berkata “Aku gak habis pikir kamu menjelaskan kayak gitu”.

Bagi pemerihara hewan tertentu –seperti anjing, burung, kucing dll- , hewan tersebut memiliki arti tersendiri. Kecintaan terhadap hewan peliharaannya menjadi bagian cintanya terhadap Sang Pencipta. Betapapun tidak, Tuhan telah menciptakan alam raya beserta isinya lalu menjadikan manusia agar selalu mengaja (melestarikan). Maka betapa kejamnya bagi siapa saja yang sesuka hati dan sengaja “menghancurkan” hidup hewan.

Kembali pada slogan di atas, menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan juga merupakan usaha menjaga keseimbangan ekosistem agar kehidupan di bumi ini berjalan dengan baik. Pelestarian keduanya juga memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan masyarakat. Selain itu, keberadaan tumbuh-tumbuhan juga memberi rasa nyaman dan mengurangi pencemaran udara. Masih banyak lagi manfaat yang kita dapatkan jika melestarikan keduanya, hewan dan tumbuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar